Saturday, October 24, 2009

The Alchemyst

The Alchemyst, The Secret of Immortal Nicholas Flamel
by Nicholas Scott

Butuh kurang dari 5 hari, di sela-sela perjalanan dari Sei Meriam ke sumur untuk aku menyelesaikan membaca novel ini. Walaupun tebalnya lebih dari 400 halaman, tapi font-nya besar-besar. Dan yang terutama, ceritanya memang seru.
Cerita langsung diawali dengan konfrontasi sihir antara Nicholas Flamel dan Dr. John Dee, 2 manusia abadi yang berseteru, di toko buku kecil milik Flamel. Tujuan utama Dee adalah buku Abraham The Mage (Codex) yang dimiliki oleh Flamel, buku yang berisi formula untuk hidup abadi. Dee juga adalah bawahan para Tetua, yang merasa terancam dengan adanya buku ini.
Josh Newman yang bekerja di toko buku ini secara kebetulan, atau mungkin takdir, terlibat dalam konfrontasi ini. Sedangkan saudari kembarnya, Sophie, yang bekerja di kedai kopi di seberang toko buku Flamel, juga ikut terseret. elain karena ingin menolong Josh, juga karena begitulah seolah begitulah takdirnya.
Flamel, Josh dan Sophie berhasil selamat, tapi Perrenelle, istri Flamel, tertangkap. Dan Codex pun berhasil dirampas oleh Dee, setelah sebelumnya tanpa sepengetahuan Dee, 2 halamannya terpentingnya berhasil direnggut Josh. Setelah mengetahui ada 2 halaman yang hilang, Dee kembali memburu Flamel, Josh dan Sophie. Mereka bertiga pergi minta pertolongan Scatty, sang Petarung, salah satu Tetua generasi berikutnya yang memiliki kemampuan bertarung. Flamel menduga, bahwa si kembar inilah yang disebutkan dalam ramalan Codex akan menyelamatkan dunia dari kehancuran oleh para Tetua jahat.
Dengan tambahan Scatty, mereka pergi ke Hekate, dewi berwajah tiga untuk membangkitkan kemampuan sihir si kembar yang terpendam. Hekate baru sedang membangkitkan kekuatan sihir Sophie ketika kediamannya diserang oleh Morrigan dan Bastet beserta pasukan gagak dan pasukan kucingnya. Setelah lolos dari serangan ini, mereka berempat kembali lari menuju penyihir Andor untuk minta mengajarkan Sophie sihir unsur udara. Josh, yang belum sempat terbangkitkan kemampuan sihirnya, menjadi sasaran provokasi Dee untuk beralih pihak.
Alur novel ini memang cepat, dari serangan satu ke serangan yang lain, digambarkan begitu intens sehingga sulit melepaskan buku ini sampai selesai. Scott menggabungkan berbagai unsur mitos dan mitologi barat dengan plot cerita modern. Aku yang orang Asia bisa lebih mengenal sosok-sosok dalam mitologi barat. Tapi sayang, sepertinya Scott terlalu banyak mencampurkan unsur mitologi barat, sehingga seakan-akan semua yang terjadi di mitos barat berkaitan dengan alur cerita ini.
Satu hal yang aku kurang suka, membaca novel ini seakan kita membaca sebuah skenario film. Seolah Scott menyiapkan novel ini untuk dibeli dan difilmkan. Sehingga unsur-unsur exclusive novel yang tidak bisa ditangkap medium film hampir hilang. Inilah yang banyak terjadi pada novel-novel pop dewasa ini.
Tapi, sebagai bacaan dan cerita, novel ini sangat menghibur. Kita akan lihat bagaimana lanjutan ceritanya dalam The Magician.

No comments:

Post a Comment