Thursday, May 28, 2015

13 Tahun

Sejak beberapa minggu ini, Arum sering menyebut-nyebut nama kak Agung, seniornya di Marching band. Berbeda dengan nama cowok cowok yang lain yang sering kamu sebut, yang satu ini kayaknya intens berkomunikasi dengan kamu. Nampaknya dia sering chatting lewat Line dengan kamu, dan mungkin, tanpa kita tahu kamu sering telpon-telponan. Papa dan Mama sudah menduga, bahwa kamu mungkin sudah mulai jatuh hati sama dia, walau kamu terus mengelak dengan alasan bahwa kak Agung itu sudah punya pacar. AKhirnya, hari minggu kemaren, setelah baru 3 hari kamu menginjak umur 13 tahun, kamu meminta ijin supaya bisa ketemuan dengan kak Agung, berdua saja. Mamamu langsung menolak, sedang Papa membolehkan dengan syarat Papa, Mama dan Altaf ikut juga. Kamu langsung ngambek, tapi kami biarkan, kami harap nanti ada waktu buat Mamamu membicarakan hal ini dengan lebih pelan dan dari hati ke hati.
Kami sempat kaget, walaupun sudah pernah menduga, tapi tidak pernah menyangka akan sedini ini kamu dekat dengan laki laki. Kami sadar bahwa kamu sudah aqil baligh, tapi kami tetap tidak menyangka secepat ini. Mungkin Papa Mama membandingkan dengan waktu Papa Mama masih seumurmu. Waktu seumurmu, Papa dan Mama cuma sibuk sekolah dan bermain, belum ada pacar-pacaran. Tapi memang kita hidup di masa kita masing masing, Papa dan Mama tidak bisa begitu saja menyamakan. DUnia sudah berubah lebih cepat, teknologi pun jauh lebih maju, jadi wajar pergaulan pun lebih luas dan intens. Tapi anakku Arumdapta tersayang, demi Allah, Papa melarang dan membatasimu semata-mata hanya untuk melindungimu.
Walaupun saat ini kamu marah sama Mama sama Papa, tapi percayalah, nanti kamu juga akan sadar. Paling lambat, kamu akan sadar kalau nanti kamu sendiri punya anak. Jadi, kami biarkan saat ini kamu marah sama Mama sama Papa.
ALhamdulillah, beberapa hari kemarin kamu tidak terlihat marah lagi. Malah kamu tidak pernah mengungkit-ungkit lagi, mungkin kamu sudah sadar, atau memang rencana itu tidak jadi.
Ada saatnya nanti kamu serius terlibat hubungan dengan laki-laki, tapi Papa harap saat itu orientasimya adalah untuk menikah, untuk membina rumah tangga. Bukan untuk senang senang yang mengundang resiko. Dan Papa percaya, sekarang bukanlah saatnya.

Sunday, May 10, 2015

24 April

Hari ini kami pulang balik ke Balikpapan. Agak sedih juga karena rasanya belum puas jalan jalan di sini. Tapi lega juga karena Altaf sudah sehat sampai saatnya kita pulang. Sebelumnya waktu Altaf sakit kami bahkan sempat berfikir untuk pulang duluan, tapi untung istriku masih bisa bersabar dan yakin kalau Altaf bakal sehat kembali.
Pagi pagi aku dan istriku dan Altaf jalan jalan di sekitar hotel dan Mustafa, dan kami menemukan tempat sarapan yang halal dekat sini. Pagi itu yang tersedia sih cuma roti Prata dan teh tarik, jadi kami memesan itu. Ternyata roti Prata nya enak sekali, itu sejenis roti India yang dimakan dengan kuah kari daging. Akhirnya kami bungkus lagi roti Prata dan Roti bakar Long John untuk Arum dan Devy. Dan ternyata roti Long John nya juga enak. Long John itu seperti roti hot dog yang besar yang isinya daging dan sayuran, lalu di bakar di atas wajan seperti martabak dan dimakan dengan saus tomat dan mayonaise. Menyesal juga baru tau ada tempat makan enak di saat kami sudah mau pulang.

Jam 9-an kami check out, menuju Changi, langsung check in. Proses check in cukup lama karena mungkin karena transit lanjut ke Balikpapan. Setelah imigrasi, kami sempat jalan jalan di dalam bandara yang seperti mall sambil menunggu boarding. Sempat aku liat kalau gate-nya A-1, jadi kita tunggu di depat gate A-1 yang belum buka. Waktu gate-nya sudah buka dan kami masuk, ternyata kami salah, harusnya gate A-19. Karena sudah hampir waktu boarding, jadi kami lari lari menuju gate A-19 yang ternyata di ujung terminal. Sempat panik juga aku dan istriku, takut ketinggalan pesawat, tapi alhamdulillah ternyata pesawatnya delay 1/2 jam. Baru kali ini kami lega pesawat di delay.

Sesampainya di Jakarta, kami diberitahu kalau yang transit harus mengambil bagasinya terlebih dahulu, aku langsung ngomel ngomel. Karena bagasi kami cukup besar, kalau harus naik bis shuttle bandara pasti sangat merepotkan. Kata petugasnya sih itu memang aturan dari bea cukai. Untungnya lagi pas sampai Jakarta, ada SMS masuk dari Lion Air yang memberitahukan kalau pesawat kami yang harusnya jam 16:00 didelay sampai 18:20, dan kami disuruh mengambil kompensasi 100 ribu di keberangkatan Lion Air. Cukup kesel juga sih, tapi kami jadi tidak terburu buru untuk pindah terminal. Kami sempatkan makan dulu, baru naik taksi Blue Bird untuk ke terminal 2. Setelah check in lagi, kami masuk dan menunggu di lounge yang kami bayar dengan menggunakan Poin Halo Telkomsel kami. Lumayan lah, paling nggak kita bisa duduk nyaman sambil menunggu waktu boarding. Alhamdulillah nggak didelay lagi dan kami sampai dengan selamat di Balikpapan.

23 April, Kamis

Altaf sudah jauh lebih sehat, walaupun terlihat masih sedikit lemas dan kadang masih sedikit panas. Jadi kami memutuskan ke Jurong Bird Park, karena tiket sudah terbeli, jadi sayang kalau nggak dipake. Sengaja kami kesini di hari terakhir menunggu Altaf benar benar sehat, karena kami tahu ke Jurong Bird Park ini cukup jauh dan lama. Jadi kami harus naik MRT dulu kurang lebih 45 menit ke MRT Boon Lay, lalu naik bus yang stop dekat Jurong bird park ini. Kami sebelumnya pernah kesini, tapi kami kesini lagi karena Arum yang minta. Harapannya sih juga supaya ALtaf juga bisa melihat burung burung juga.


Sebenarnya Jurong Bird Park ini sangat luas dan lengkap. Atraksi yang paling menarik adalah Pinguin, Bird Show dan Loft, tempat kita bisa memberi makan dan berinteraksi dengan burung secara dekat. Ada juga air terjun buatan yang bagus dan sejuk tempatnya. Arum dan Devy lumayan banyak jalan, sedangkan istriku lebih banyak istirahat sambil memberi waktu untuk Altaf beristirahat. Sesudah dari sini, aku memutuskan untuk naik taksi saja ke Vivo City lagi, karena kasihan juga keluargaku kalau harus naik bus dan MRT lagi. Sekalian melihat pemandangan Singapore dari atas, nggak dari bawah tanah terus. Sempat kaget juga supir taksinya waktu tau kami mau ke Vivo City, dia bilang itu cukup jauh, karena Jurong itu kalau nggak salah di sisi barat dan Vivi City di ujung selatan. Katanya sih sekitar 30 km dan 25 menit perjalanan, tapi nggak papa, supaya Altaf juga bisa istirahat lagi.
Supir taksinya cukup ramah, keturunan India. Dan dia banyak cerita tentang mahalnya harga rumah di Singapur, katanya untuk rumah yang tanpa kamar saja bisa sampai 170 ribu dollar, atau sekitar 1.7 Milliar rupiah. Dan katanya rumah di Singapur nggak ada yang murah.
Sampai di di Vivo City Mall ternyata tarifnya 17 dolar, atau sekitar 170 ribu. Nggak mahal sih menurutku, apalagi Altaf dan istriku sempat istirahat di taksi. Seperti biasa di sini kita makan lagi di Sedap. Lalu lanjut jalan jalan di sekitar mall saja sampai sore. Lalu lanjut pulang ke hotel yang dari sini nggak perlu pindah kereta.

Di hotel kami siap siap, karena besok sudah harus pulang. Waktu istriku minta dibelikan coklat Magnum lagi, aku belikan di Serangoon Plaza di seberang hotel kami. Ternyata di sini banyak coklat coklat yang murah murah juga, lumayan buat oleh oleh. Kali ini kami cuma beli coklat saja sebagai oleh oleh. Kami bahkan tidak membeli gantungan kunci atau kaos sebagai oleh oleh, karena tas kami sudah kepenuhan.

22 April, Rabu

Hari ini kami kembali ke Bugis tapi kami mencoba menggunakan bus kota, lumayan juga kami harus jalan kaki dulu menuju bus stop yang dilalui bus yang menuju Bugis. Padahal Bugis sebenarnya nggak terlalu jauh, tapi kami memang ingin merasakan lebih banyak naik bus.
Turun di Bugis++, mall yang berada di seberang Bugis Vilage, mula mula kami mencari tas untuk Arum dan Devy, karena mereka sudah ngomel ngomel karena tas yang mereka taksir di Sentosa Harbour Walk dulu sudah tidak ada kesempatan lagi mencarinya. Setelah putar putar ditambah sedikit drama, akhirnya ketemu juga tas yang mereka inginkan. Walau nggak sesuai dengan keinginan awal mereka untuk memiliki tas yang sama, tapi paling nggak masing masing dapat tas sesuai selera masing masing. Kebetulan tas yang mereka pilih sama sama tas ransel mungil yang trendi, seharga 28 dollar. Setelah dapat tas nya, kami kembali pulang ke hotel untuk beristirahat.
Sorenya, sekitar jam 5-an, karena disini maghrib jam 7, kami jalan jalan ke Orchard. Sekedar memenuhi syarat kalau ke Singapore, nggak ada niat untuk belanja belanja, hanya mau jalan jalan dan menikmati jalan paling terkenal se Singapore. Sesampainya di MRT Orchard, exit-nya sudah basement-nya ION Orchard Mall, kami mencari food court untuk makan malam dulu.
Saat kami baru saja mulai makan, aku melihat ada sekeluarga di depan kami. Sempat kudengar mereka berbahasa Indonesia. Waktu sang Ibu ke toilet, sang bapak yang menggendong anak perempuan mereka yang berusia 2 tahun. Tiba tiba anak itu pingsan, sang bapak terlihat panik. Aku langsung menanyakan dan membantu bapak itu untuk keluar mall untuk mencari taksi ke rumah sakit. Bapak itu tampak panik sekali, sampai sampai dia minta aku untuk ikut dia ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Mount Elizabeth, segera anak itu masuk ke emergency. Ternyata anak itu mengalami panas tinggi, mungkin kecapekan mengikuti orang tuanya jalan jalan. Yah, kurang lebih sama seperti anak kami. Untungnya Altaf tidak sempat step seperti anak itu. ALhamdulillah setelah sampai dan ditangani dokter anak itu cepat pulih. Walaupun sebenarnya waktu di taksi anak itu sudah mulai sadar setelah terus kami panggil panggil dan bangunkan. Setelah ibu sang anak menyusul ke rumah sakit, barulah aku kembali ke keluargaku yang menunggu di food court di ION Mall yang ternyata cukup dekat dari rumah sakit Mount Elizabeth.

Lalu kami keluar dari mall, jalan-jalan sedikit, beli Es Krim potong yang terkenal itu, lalu masuk lagi ke mall sebelahnya, karena di sini ada toko buku Kinokinuya. Tadinya aku mau beli komik SUperman atau Batman, tapi setelah liat harganya diatas 40 dollar, aku jadu mikir-mikir. Masih sayang duit segitu kalau buat beli komik aja. Akhirnya kami tidak membeli apa apa dan lalu pulang dengan menggunakan taksi saja.

21 April, Selasa

Hari ini Altaf tampak jauh membaik, badannya masih terasa panas, tapi ternyata setelah diukur masih di bawah 38 derajat. Oleh karena itu kami memutuskan jalan jalan ke Sentosa menggunakan Cable Car yang tiketnya sudah kami beli melalui mbak Darling juga. Menuju Cable Car lumayan ribet, setelah sampai di Vivo City menggunakan MRT, kami menuju gedung sebelahnya, tembus lagi menuju gedung sebelahnya lalu naik lift ke lantai 15. Perjalanan ke pulau Sentosa sekitar 20 menit-an, dari atas cable car kami bisa melihat RWS dan sebagian dari Universal Studio. DI Sentosa Island kami turun di Imbiah Lookout. DI dekatnya ada Tiger Sky Tower, Sky Luge Ride, dan Butterfly & Insect Kingdom. Arum minta masuk ke Butterfly & Insect Kingdom, tiketnya lumayan, sekitar 25 dollar dan tidak bisa pake kartu kredit lagi. Tapi waktu kami masuk sayangnya kupu kupunya kurang banyak, tidak seperti waktu terakhir kali kami kesini. Burung burung yang ada di dalam pun kurang banyak. Nampaknya wahana ini kurang banyak peminatnya, apalagi sejak RWS dibangun. Cukup kecewa sih masuk kesini, apalagi tiketnya lumayan mahal.


Selanjutnya aku, Arum dan Devy naik Luge, sejenis go kart tanpa mesin yang jalurnya menuruni bukit. Arum dan Devy sangat menikmatinya. Sampai bawah, kita kembali ke atas menggunakan semacam kereta untuk pemain ski.
Sebenarnya masih banyak atraksi lain di pulau Sentosa ini, termasuk pantainya. Tapi kami tidak memaksakan diri, karena Altaf masih belum terlihat sehat betul. Oleh karena itu kami segera kembali ke kota dengan menggunakan Cable Car karena tiket yang kita beli untuk bolak balik. Pulangnya kami sempatkan makan lagi di food court Sedap favorit kami sebelum kembali ke hotel.

20 April, Senin

Sejak semalam kami memutuskan, kalau nanti pagi kami akan membawa Altaf ke rumah sakit. Agak ragu juga karena nggak punya pengalaman ke rumah sakit di luar negeri. sempat WA mbak Darling untuk rekomendasinya mengenai rumah sakit, tapi nggak ada balasan. Akhirnya aku tanya receptionist hotel, katanya rumah sakit terdekat adalah Raffles Hospital, cuma 10 menit pake taksi katanya. Dia juga menawarkan rumah sakit pemerintah atau gedung di belakang kami yang ternyata juga rumah sakit tapi karena swasta katanya mahal sekali. Akhirnya aku ambil keputusan kami ke rumah sakit Raffles saja, karena selain namanya sudah kami pernah dengar dan juga dekat dari hotel. Dan benar ternyata sekitar 10 menit-an saja dari hotel kami, apalagi waktu itu kami berangkat pagi pagi. Sampai di rumah sakit jam 7:30 pagi, tapi ternyata poli anak baru buka jam 8 pagi. Kalau mau ke emergency bisa, tapi aku lebih memilih menunggu poli anak buka karena belum terlalu emergency. Sambil menunggu buka, kami sarapan di Starbucks yang berada di bawah rumah sakit itu juga. Pelayannya yang manis dan ramah sempat bertanya apakah kami mau berobat? Katanya sih di situ mahal dan bertanya kenapa nggak coba klinik yang lain yang lebih murah. Kami cuma bisa menjawab bahwa kami nggak tau tempat yang lain lagi, lagian kami pikir semahal apa sih, lagian juga demi kebaikan dan kesembuhan anak kami.
Kita tunggu di poli anak dari jam 8 pagi dan ternyata dokternya datang baru jam 9 karena harus kontrol pasien dulu. Sempat kesal juga kami, kami pikir sama aja kayak di Indonesia. Apalagi Altaf kembali cerewet dan badannya tetap panas. Waktu Altaf cerewet itu, salah satu suster yang senior mengukur suhu badan Altaf yang ternyata 39 derajat, pantas aja Altaf cerewet. Suster itu juga menanyakan apakah kami sudah memberi obat penurun panas, dan kami jawab sudah dan kami tunjukan obatnya. Ternyata kata suster itu obat yang kami berikan kurang kuat dan kurang dosisnya. Setelah dihitungkan oleh suster itu kami beri lagi Altaf obat penurun panasnya. Tidak lama dokternya datang, dokter Chu namanya, wanita keturunan Cina. Dokternya sangat ramah dan informatif, kami diberi penjelasan yang baik dan dia menanyakan riwayat panasnya Altaf. Altaf juga diambil dan dites ingusnya untuk melihat kalau ada kemungkinan influenza, alhamdulillah negatif influenza. Altaf juga diberi obat penurun panas lewat pantatnya dan alhamdulillah panasnya mulai reda. Waktu akhirnya membayar biayanya, aku sedikit terkejut, karena biayanya 270 dollar, atau sekitar 2.7 juta rupiah, untung kartu kreditku limitnya masih cukup. Tapi kami merasa puas dengan pelayanan dan pengalaman dari rumah sakit ini, yang terpenting Altaf bisa cepat sehat.
Kami kembali ke hotel untuk memberikan waktu untuk ALtaf dan mamanya beristirahat. Arum dan Devy pun nampaknya mengerti, mereka tinggal saja di hotel karena mereka juga sulit tidur semalam karena mendengar Altaf bangun bangun terus.
Setelah agak siang, Altaf badannya mulai dingin dan tampak lebih tenang. Lalu kami memutuskan untuk jalan jalan ke Bugis dengan menggunakan taksi saja, karena dekat dan memang kami tidak mau berlama lama di jalan. Di Bugis kami melihat lihat oleh oleh dan coklat, sekaligus mencari tas untuk Arum dan Devy. Karena waktu kami jalan di Sentosa Harbourwalk, mereka melihat tas bagus dan imut yang harganya 10 dollar saja. Mereka waktu itu memang punya duit 10 dollar dari aku waktu mereka jalan sendiri di Garden by The Bay, jadi mereka mau menggunakan duit itu untuk beli kemauannya merea sendiri. Tapi waktu itu kubujuk mereka untuk mencari tas di Bugis atau China Town saja, karena katanya disana harganya bisa lebih murah. Tapi di Bugis ini mereka tidak mendapatkan tas yang mereka inginkan, jadi kami sebentar saja di sini dan segera kembali ke hotel untuk beristirahat.

19 April, Minggu

Hari ini kami ke Singapore Flyer, terakhir kali kami kesini waktu malam hari, jadi kami mau merasakan pemandangan saat siang hari. Dan memang kalau siang hari pemandangannya lebih bagus dan lebih jelas, juga lebih enak buat foto foto. Sekarang dari atas Singapore Flyer,kita bisa foto foto dengan latar belakang Garden By THe Bay dan Marina Bay Sands. Kami bisa dapat tiket agak murah karena kami mengambil paket keluarga, yaitu 2 dewasa dan 1 anak anak. Arum untungnya sebulan lagi baru 13 tahun, jadi masih dianggap anak anak.
Dari SIngapore Flyer, di stasiun bis yang terdekat ternyata ada bis yang langsung ke Vivo City, jadi kami ke Vivo City lagi. Sesampainya di Vivo City, kami naik bus shuttle yang menuju Resort World Sentosa. Di RWS, Arum dan Devy saja yang masuk ke Trick Eye Museum. Sengaja aku dan istriku tidak ikut masuk karena kami tidak terlalu tertarik dan lumayan juga harga tiketnya, sekalian kami beristirahat supaya Altaf sempat tidur dan bisa menyusu dengan tenang.

Selanjutnya kami masuk ke SEA Aquarium, sebenarnya aku dan istriku maunya nanti aja ke SEA Aquarium, karena Altaf kelihatan mulai cerewet. Tapi Arum memaksa, karena dia sudah pengen banget masuk kesana. SEA Aquarium ini sebenarnya sangat bagus, mirip Sea World di Ancol, tapi lebih besar dan lebih bagus. Atraksi utamanya adalah aquarium raksasa yang katanya terbesar di Asia. Kami nggak terlalu bisa menikmati karena Altaf cerewet sekali dan badannya mulai panas.
Malamnya ALtaf tambah cerewet dan badannya tambah panas. Sempat aku belikan obat panas, tapi dosis yang kuberikan rupanya kurang banyak. Semalaman Altaf kurang tidur, sebentar sebentar terbangun, dan setiap terbangun selalu menangis. Aku kasian banget melihatnya dan melihat istriku, karena istriku pun jadi ikut kelelahan.

Saturday, May 9, 2015

18 April 2015

18 April 2015
Di hari kedua ini, setelah sarapan di hotel yang rasanya india banget karena menu yang sebagian besar menu India dan bersama tamu tamu hotel lain yang mungkin 90 persen-nya orang India, kami menuju tujuan utama kami ke Singapur, yaitu Gardens By The Bay. Karena hanya pada bulan April - Mei setiap tahun inilah dihadirkan bunga tulip. Kami sekeluarga memang menyukai bunga tulip, rumah kami yang di WIka pun gorden, kaca patri dan teralisnya bermotif tulip. Untuk melihat bunga tulip secara langsung pasti sangat sulit bagi kami, kalau mau melihat langsung ke Belanda sana pastilah mahal, jadi ke Gardens By The Bay merupakan pilihan yang paling ekonomis.

Dari hotel kami naik MRT ke Garden by The Bay. Kami masuk engan tiket $ 25 per orang yang kami beli dari mbak Darling, lebih murah $ 3 dollar daripada di counternya, untuk memasuki 2 kubah utama, sedangkan untuk supertree gratis, kecuali untuk menaiki canopy bridge-nya. Gardens by The Bay memiliki 2 buah kubah besar, yang pertama adalah Flower Dome dan yang kedua adalah Cloud Forest. Di flower dome inilah kami berlama-lama menikmati tulip tulip yang ternyata beraneka warna dan beraneka ragam bentuknya. Arum dan Devy pun berpuas-puas diri mengambil foto dan berselfie ria bersama bunga bunga yang ada di dalamnya. Arum dan Devy sengaja kami biarkan berkeliling berdua agar puas, dan tidak terikat sama kami yang harus mempertimbangkan waktu untuk menyusui Altaf. Arum dan Devy bahkan keluar dari Flower Dome duluan dan mereka langsung keliling Cloud Forest berdua. Sebenarnya kami ingin lebih lama di Flower Dome, tapi karena Arum sudah mulai ngomel ngomel, akhirnya kami keluar juga dari FLower Dome dan masuk ke Cloud Forest. Cloud Forrest sebenarnya nggak terlalu beda dengan terakhir kali kami masuk kesini, tapi bedanya sekarang semua tanaman sudah lebih rimbun dan menyatu. Wajar saja, karena waktu pertama kali kami kemari, Garden by The Bay baru dibuka seminggu, jadi tanamannya semua belum terlalu rimbun. Sekarang sudah rimbun dan menyatu, menjadikan Cloud Forrest yang berisi air terjun di tengahnya ini persis seperti hutan tropis sungguhan.
Setelah dari Cloud Forrest, kami menyeberang ke Marina Bay Sands Mall lewat flyover yang juga menembus Marina Bay Sands Hotel yang memang ketiga tempat ini saling berseberangan. Setelah makan siang di Marina Bay Sands Mall ini, kami pergi ke Vivo CIty Mall menggunakan MRT.
Di Vivo City Mall, ada tempat makan favorit kami, yaitu Banquet yang sekarang berubah namanya menjadi Sedap. Ini tempat makan sejenis pujasera dengan beragam menu makanan, dari Indonesia, Malaysia, Korea dan Barat yang semuanya halal. Di sini juga aku mencoba sarapan khas SIngapur, yaitu Kaya Toast, Telur setengah matang dan teh tarik dengan harga $ 2,5. Rasanya sih lumayan, memang aku sudah berniat mencoba setelah sebelumnya browsing mengenai kuliner khas Singapur. Sementara Arum mencoba makanan Korea favoritnya, dan istriku makan laksa yang juga selalu jadi favoritku karena kesegarannya.
Jam 20:30, kami keluar dari Vivo CIty, menuju pulau Sentosa, melewati Sentosa Harbour Walk yang berada di pinggir VIvo CIty. Tujuan terakhir kami hari ini adalah menonton Dancing Crane di area Resort World Sentosa, yang gratis setiap jam 9 malam. Setelah menonton Dancing Crane yang tetap indah kapanpun kami menontonnya, kami pulang menggunakan MRT. Yang enak dari Vivo City adalah, karena jalur MRT-nya non-stop dari MRT Station Farrer Park, MRT Station terdekat dengan hotel kami, dan hanya perlu 12 menit dari Farrer Park.

Monday, May 4, 2015

17 April 2015

17 April 2015
Horeee ke Singapur lagi....
Liburan kali ini sudah lama kami rencanakan, karena sudah lama sekali sejak terakhir kali kami ke Singapur. Bukannya sombong, tapi kami sekeluarga merasa nyaman sekali jalan jalan ke Singapur. Yang istimewa, kali ini kami membawa anak kedua kami ALtaf, yang baru berusia 8 bulan dan Devy, keponakan kami.
Sengaja kali ini kami mengajak Devy sebagai temannya Arum, karena kalau kami nggak mengajak Devy, si Arum suka minta macam macam dan suka ribut sama mamanya. Kalau ada Devy sebagai temannya, maka liburan insyaallah bisa lebih tenang. Walaupun kami mengeluarkan uang lebih untuk Devy.
Kami berangkat jam 6 pagi pake pesawat Lion Air, transit di Jakarta sebentar trus ke Singapur. Untungnya kalau pake satu AIrline ini, bagasi nggak perlu diambil waktu transit, jadi berkurang beban kami. Walaupun ada kekhawatiran masalah delay dengan Airlines ini, Alhamdulillah, waktu berangkat cuman delay setengah jam.
Kami sampai di Singapur sekitar jam 2-an, setelah melewati imigrasi dan mengambil tiket tempat wisata ke Mbak Darling di Terminal 1, kami pun menuju Claremont Hotel di area Little India.
Oh ya, Mbak Darling ini orang Indonesia yang tingal di Singapur, sudah 2 tahun-an ini dia menjual tiket tempat tempat wisata di SIngapur dengan harga 1-2 dollar lebih murah dari tempatnya. Tiketnya pun tiket fisik dan open date, alhamdulillah ternyata memang tiketnya valid, nggak tipu-tipu. COba aja buka websitenya di jalanjajansingapura.com. Mbak Darling ini juga bisa membooking-kan Hotel dengan harga yang lebih murah dari Agoda.com, lewat mbak Darling ini pula kami mem-booking hotel kami di Singapur. Enaknya kalau sama mbak Darling ini, kita bisa tanya tanya mengenai hotel hotel yang recomended yang sesuai dengan kebutuhan kita, nanti dia bantu pilihin. Waktu saya pesan hotel, saya cuman minta yang dekat MRT, karena MRT ini penting banget.
Claremont Hotel ini menurut saya lumayan sih, tapi sayangnya nggak terlalu bersih. Waktu kami datang malah lantainya kayaknya nggak disapu. Kami langsung komplain, dan besoknya baru disapu. Apalagi istriku yang maniak kebersihan, sensitif kalau sama debu dan kotoran. Apalagi kita membawa bayi. Tapi besok-besoknya kayaknya emang kamar itu nggak pernah disapu. Waktu tukang cleaning service-nya datang dan kami masih di kamar, mereka cuma mengganti seprai dan handuk. Setelah minta disapu, baru mereka menyapu lantai, jadi kesimpulan kami mungkin memang menyapu kamar bukan bagian dari SOP mereka. Tapi lokasinya oke banget, seberangnya Mustafa Center, di pojokan ada Square CIti Mall dan MRT cuma 2-5 menit jalan kaki. Strategis banget.
Setelah sampe hotel dan beristirahat, kami langsung pergi ke Merlion, foto foto dan menikmati keramaian di sekitar merlion dan Esplanade.

Trus kami makan di samping Esplanade mall, semacam food court lah. Lumayan ada sea food yang No Pork No Lard yang bisa jadi pilihan, sekalian nunggu jam 8 malam, waktunya pertunjukan Wonder-Full Light and Show di depan Marina Bay Sands Hotel. MUngkin karena kami menontonnya dari pinggir Esplanade Mall, pertunjukannya kurang terasa wah, lasernya kurang terlihat wah, dan suaranya cuman samar-samar. Kayaknya sih lebih bagus nontonnya dari depan Mall Marina Bay Sands.
Setelah itu kami pulang ke hotel dengan menggunakan taksi dari Esplanade Mall, karena kalau mau pake MRT, musti jalan lagi, kasian Altaf, lagian taksi juga paling 5-7 dollar.