Monday, April 1, 2019

Jejak Digital

Marilah kita berkeyakinan bahwa, 5 tahun lagi kita akan mencalonkan diri menjadi Presiden atau anggota DPR. Apa yang harus kita lakukan? Kita harus mulai menjaga omongan, postingan atau komentar kita di medsos atau di dunia nyata. Karena mungkin saja, komentar buruk kita sekarang, bisa menjadi bumerang dan hambatan untuk menjadi Presiden 5 tahun lagi. Karena mungkin saja orang orang atau golongan yang kita fitnah sekarang, menjadi orang mengajak kita menjadi wakil Presiden nya 5 tahun kedepan. Atau mungkin saja, 5 tahun kedepan, orang orang yang kita hujat sekarang, berhasil melakukan tugasnya dengan baik, tanpa terbukti korupsi, kolusi atau nepotisme. Karena di jaman milenial ini, ada namanya jejak digital, yang bisa menjadi bukti yang valid untuk menghakimi atau menghukum kita di masa depan.
Kalaupun kita tidak memiliki keyakinan, kemampuan atau keinginan untuk menjadi Presiden atau Anggota DPR 5 tahun lagi. Karena tidak ada yang bisa memastikan kita bisa nyalon 5 tahun lagi. Bagaimana kalau kita berkeyakinan bahwa kita akan meninggal besok. Apa yang harus kita lakukan?, selain ibadah yang maksimal. Kita harus mulai menjaga omongan, postingan atau komentar kita di medsos atau di dunia nyata. Karena pasti, komentar buruk kita sekarang, diminta pertanggung jawabannya di akhirat. Karena pasti tuduhan tuduhan terhadap orang orang atau golongan yang kita fitnah sekarang, diminta pertanggung jawabannya di akhirat nanti. Karena kalau ternyata tuduhan itu salah, maka akan menjadi fitnah, dan kalau ternyata benar, tuduhan menjadi dosa ghibah. Kalau kita meninggal besok, yakinkah kita sempat meminta maaf kepada orang yang telah kita fitnah agar dosa kita terhapus? Karena di akhirat nanti, Allah tidak memerlukan Yang namanya jejak digital, untuk menjadi bukti yang valid untuk menghakimi atau menghukum kita di akhirat. Ada malaikat yang selalu siap sedia mencatat amal amal kita.
Jadi anda lebih yakin mana? Jadi calon presiden 5 tahun lagi, atau meninggal besok?

Altaf dan Teman Temannya

2 bulan terakhir ini Altaf mulai bermain keluar rumah bersama teman teman barunya. Semenjak dibelikan sepeda Altaf sering kuajak ke taman dekat rumah. Dan waktu kuajak ke taman, ada anak anak cowok yang lebih besar yang main bermain dengan Altaf, walau Altaf suka sedih karena kecepatan bersepedanya jauh dibandingkan dengan kakak kakak tersebut. Kadang kalau kakak kakak tersebut enggan bermain dengan Altaf, Altaf menjadi sedih. Kalau sudah begitu, aku berusaha keras menghiburnya.
Di taman yang satunya lagi, di komplek kami juga, ada teman temannya yang berbeda. Disini mereka tidak terlalu banyak bersepeda, tapi lebih banyak bermain di taman.
Kalau aku sedang bekerja, Altaf tidak bisa bermain keluar, karena Mamanya tidak sanggup untuk mengawasi keluar. Walaupun sering teman temannya memanggil untuk bermain, dan Altaf pun pengen bermain, tapi Altaf tidak diperbolehkan bermain.
Papa berjanji, saat Papa off nanti, papa akan mengajak Altaf bermain bersama teman teman sesering mungkin. Karena memang Altaf senang banget bermain. Dan sebagai anak cowok, sudah seharusnya Altaf lebih banyak beraktifitas di luar rumah.

Arumdapta

Kuambil foto ini, screenshot dari stories-nya Instagram Arum, ku crop wajahnya saja, dan kujadikan wallpaper hapeku. Dia terlihat cantik sekali. Setiap hidup hapeku, timbul rasa kangen, membangkitkan kenangan betapa dulu dia anak Yang paling kusayangi.
Sebenarnya, sampai sekarang pun dia masih sangat kusayangi. Walau kadang  sulitnya yang dia berikan atau katakan kepada kami Papa dan Mamanya.
Papa dan mama cuma ingin yang terbaik untuk kamu. Walau kami sering tidak bisa memberikan yang terbaik menurut mu. Tapi percayalah, itulah yang terbaik yang bisa kami berikan untuk kamu.
Arum harus lebih bersabar dan bersyukur. Mungkin saat saat yang susah, mengajari kita untuk bisa bersabar dan bersyukur.
Untuk Altaf, kamu juga anak yang paling papa sayangi selalu.