Monday, December 14, 2009

Cobalah......

Cobalah menganggap setiap kesulitan sebagai tantangan, dan setiap kemudahan sebagai rambu-rambu.
Cobalah menganggap setiap masalah sebagai ujian, dan setiap solusi sebagai pelajaran.
Cobalah menganggap setiap hinaan sebagai kritikan, dan setiap pujian sebagai pengalih kewaspadaan.
Cobalah menganggap setiap kelebihan sebagai tanggung jawab, dan setiap kekurangan sebagai kelapangan.
Insyaallah, kita akan menjadi orang yang selalu berusaha, selalu waspada, selalu belajar, selalu berbagi, selalu rendah hati dan selalu bersyukur.

Saturday, December 12, 2009

Pesan

Mulanya aku membuat blog ini untuk menuangkan buah pikiran dan unek-unek yang menumpuk di dadaku. Unek-unek yang kadang tidak bisa aku bicarakan dengan teman dekat atau istriku. Bukan karena aku tidak biasa curhat dengan istriku, tapi karena kita sering berpisah.
Kemudian, aku juga mulai menuliskan kenangan-kenanganku di masa lalu, yang karena suatu sebab, sempat hilang dari ingatanku. Karena aku sadar memoriku agak lemah, maka aku berusaha menuliskannya kembali.
Kemudian lagi, karena kekhawatiran akan masa depan anakku dan masa depanku sendiri. Aku mulai menuliskan pesan-pesan kepada anakku berdasarkan pada pengamatanku pada duniaku sekarang.
Aku harap, walaupun di saat terburuknya pun, dia masih bisa dan mau menerima pesanku ini.
Mudah-mudahan, aku bisa melihatnya tumbuh dan menjaganya selama mungkin sisa umurku.

Friday, December 11, 2009

Cemburu

Sayangku, kamu harusnya tidak perlu cemburu dengan buah hati kita. Memang seolah dia telah sepenuhnya memiliki aku. Memang seolah dia telah menguasai semua perhatianku. Tapi percayalah, dia memilikiku karena aku milik kalian berdua. Dia menguasai semua perhatianku karena perhatianku hanya pada kalian berdua.
Coba kau lihat dirinya lebih seksama, niscaya akan kau temukan bahwa kamu dan dirinya sama. Kau seakan-akan melihat dirimu sendiri ketika kau persis seumuran dia. Jadi jika aku sangat menyayanginya, berarti aku juga menyayangi kamu. Walaupun dia agak judes dan cerewet, tapi aku juga cinta sama orang yang menurunkan judes dan cerewetnya itu.
Walaupun emosinya gampang berubah, berusaha mengembalikan emosi terbaiknya merupakan suatu kewajibanku, sama seperti sejak pertama kita bertemu.
Aku memang ingin dia merasa teristimewa bagi kita, agar tumbuh percaya diri dalam jiwanya.
Aku memang ingin dia menerima sayang kita sebanyak-banyaknya, agar dia juga bisa menebar rasa kasih sayang.
Aku memang ingin dia bebas memilih, agar dia belajar konsekwensi dari pilihannya sejak dini.
Aku memang ingin dia menjelajahi hal sebanyak-banyaknya, agar luas wawasannya.
Bukan karena aku memanjakannya, tapi karena harapanku sangat besar terhadapnya.
Jika ada sifatnya yang tidak kau suka, mungkin itulah juga yang dirasakan ibumu dulu. Jangan terlalu menentangnya, tapi pahami dan dekati, seolah ini kesempatan keduamu dalam hidup.
Jangan kau paksakan dia menjadi apa yang dulu tidak bisa kamu wujudkan. Karena kemiripan kalian akan terpengaruh oleh perkembangan jaman. Tapi berikanlah semua kesempatan baik, yang dulu tak pernah kita dapatkan.
Tugas kita adalah, memberinya bekal ilmu dan akhlak sebanyak-banyaknya. Tuntun dia ke semua gerbang pengalaman yang positif, lalu biarkan jiwanya yang masih bersih menentukan pilihannya.
Bagiku, kalian adalah satu paket anugerah dari Allah yang terbesar yang pernah kuterima. Betapa murah hatinya Allah dengan memberikan bonus saat aku menemukan wanita yang kucintai sejak pertama aku melihatmu.

Wednesday, December 9, 2009

untuk anakku tersayang

untuk anakku, jika kau dewasa nanti, berhati-hatilah dalam memilih teman lelaki. Karena papa tau, banyak sekali jenis laki-laki di dunia ini.
Ada lelaki yang mementingkan fisik dan penampilan saja. Termasuk penampilan tunggangan dan barang yg menempel di badan mereka.
Ada juga yang hobinya mendekati wanita dengan segala upaya dan pesona yang mereka punya. Tapi setelah mendapatkan yang mereka mau, wanita itu ditinggalkan, dibiarkan jatuh dalam penyesalan.
Ada juga laki-laki yang memandang rendah wanita dengan penampilan yang biasa-biasa saja. Dan memasang target tinggi wanita yang menjadi pasangannya, hingga ia terpesona dalam kecantikan dan keindahan duniawi saja. Lupa bahwa kecantikan yang sejati, hanya bisa dilihat oleh mata hati yang bersih saja.
Memang manusia tak ada yang sempurna. Tapi papa harap, kamu bisa memilih lelaki yang rajin sholat dan membawa sholat itu dalam tindakannya. Lelaki yang lebih mementingkan ilmu dan ibadah daripada penampilan duniawi. Dan lelaki yang kau pandang tampan, hanya jika kau memandangnya dengan mata iman dan takwa.

Thursday, December 3, 2009

Arum dan pingpong

Secara mengejutkan, Arum meminta ijin padaku minggu lalu.
"Pa, boleh nggak Arum ikut latihan pingpong setiap senin pulang sekolah, Pa?" tanyanya.
Walau sempat kaget atas pilihannya, aku bilang "boleh aja".
Dan waktu hari senin kemaren aku jemput dia pulang sekolah, aku kaget, ternyata dia serius mau latihan pingpong. Dari raut mukanya aku tau dia serius, dan dia nggak mau niatnya dihalangi. Akhirnya aku biarkan dia ikut latihan pingpong sampai jam setengah empat sore.
Pulang latihan, aku yakinkan dia,
"Arum boleh ikut latihan pingpong, tapi Arum harus janji kalau Arum akan terus latihan. Karena olahraga itu bagus. Kalau mau, nanti papa belikan bet pingpong buat Arum."
"Iya Pa", cuman itu yang dia ucapkan.
Aku sempat bersyukur ternyata dia berani mengambil pilihan yang agak tidak biasa. Karena selain badannya yang masih mungil untuk ukuran meja pingpong itu sendiri, teman latihannya yang tidak banyak itupun cowok semua. Mungkin konsekwensi dari didikan kami yang selalu membiarkan dia memilih untuk dirinya sendiri, tapi harus mau mengambil resiko pilihannya itu. Dia cuma sempat mengeluh bahwa teman latihannya agak pelit meminjamkan bet pingpong, makanya aku berniat membelikannya pingpong.
Kemarin malam, sesuai janjiku, aku ajak dia membeli bet pingpong. Di toko pertama, dia sudah menjatuhkan pilihan pada sepasang bet yang harganya 88 ribu. Entah mengapa, dia ngotot mau beli sepasang bet itu. Hingga di toko yang kedua dan ketiga, dia tetap ngotot mau beli bet yang pertama itu. Di toko ketiga, aku marah besar, saran kami untuk membeli bet lain yang malah lebih mahal ditolaknya. Aku tidak tau alasannya memilih sepasang bet itu, hingga pilihan yng lain di toko yanglain bahkan tidak diliriknya. Aku jelaskan, dengan marah, bahwa maksud mencari ke toko lain, agar kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah untuk barang yang lebih baik.
Saat dia menangis, aku baru sadar, tapi dia sudah terlanjur patah semangat. Hingga walau aku setuju membelikan bet pilihannya pun, dia sudah tidak mau lagi.
Hingga kini aku masih kepikiran. Aku takut dia shock atas kemarahanku. Aku takut dia tidak mau meneruskan latihan pingpong lagi. Aku takut, dia tidak akan berani mengambil tantangan baru seperti latihan pingpong tadi.
Maafin papa sayang.

Saturday, November 21, 2009

Surat

Juni 1999
Aku ambil semua surat-surat yang tersimpan di kotak suratku yang terbuat dari stick es krim. Tinggal 1 minggu lagi aku di kost-kost-an ini, aku harus mulai membereskan barang-barangku. Aku sudah putuskan, hanya sebagian kecil saja barang yang akan kubawa pulang kampung. Pulang dengan kapal laut memaksaku meminimalkan bawaanku.
Dengan sedih, terpaksa kutinggalkan sebagian diktat dan catatan kuliahku. Aku hanya membawa beberapa diktat dan tugas-tugas penting. Kaset Madonna "OST Dick Tracy" kuwariskan ke Mimi. Kasur lipat merah kuberikan kepada Jefry, teman kost-ku asal Ambon. Dan surat surat ini tidak termasuk yang ingin kubawa.
Bukan karena surat-surat itu tidak penting, bukan karena terlalu banyak, tapi karena kenangan yang melekat pada surat itu yang membebaniku. Surat-surat yang dikirimkan oleh seseorang yang tinggalnya kurang dari 5 kilometer dari kostku, tapi karena kerahasiaan hubungan kami, mengharuskan surat itu melewati pak pos. Setiap si pengirim memasukan melalui kantor pos, dalam bayanganku, pasti petugas pos-nya heran. Karena aku pun merasakan, setiap mengirimkan balasannya lewat Kilat Khusus, petugasnya berubah air mukanya, karena alamatnya kurang dari 2 kilometer dari kantor pos itu.
Kubawa semua surat itu kehalaman depan kost-ku. Kubakar pertama, salah satu surat yang terlama. Sempat kubaca sekilas isinya, yang mendorongku untuk membaca sekilas semua surat sebelum kubakar. Aku berdoa, kepedihanku ikut terbakar bersama semua surat itu. Kepedihan karena pilihan yang dia ambil. Kepedihan karena pengalaman pertamaku dengan wanita tidak berakhir manis. Dan kepedihan karena aku merasa bodoh, telah mengkhianati salah satu teman terbaikku.

Friday, November 20, 2009

2012

Aku sudah nonton film 2012, dan aku yakin iman dan akhlakku tak berubah sedikit pun. Walau aku tonton film itu 2012 kali lagi, tak akan merubah keimananku sedikit pun. Tak juga aku merasa, sedikit pun, film ini menyinggung agamaku.
Sebelum nonton, aku sudah bisa menebak seperti apa filmnya. Kebetulan aku pernah nonton film-film Roland Emerich sebelumnya, dan perkiraanku tidak meleset.
Film ini sebenarnya tidak layak sama sekali untuk jadi kontroversi. Ceritanya sangat standar, cenderung konyol. Apalagi di endingnya ternyata benua afrika tidak ikut hancur, kenapa nggak dari awal ke Afrika aja daripada susah payah membangun bahtera di pegunungan himalaya.Spesial efeknya pun tidak istimewa untuk ukuran hollywood. Cuman heboh aja, karena yang "dihancurkan" bangunan-bangunan ternama. Tapi Roland cukup bijaksana (atau takut) untuk tidak "menghancurkan" Kabbah. Aku yakin, film ini tidak akan memenangkan Oscar untuk Spesial Effect-nya.Jadi, buat apa diributkan? Lebih baik kita tonton aja, kalau mau. Hibur diri kita dengan ketegangan yang disajikannya.
Setiap aku nonton film, aku berusaha untuk mengambil pelajaran atau hikmah dari film itu, sekecil apapun itu. Dan aku setuju dengan status salah satu temanku di fesbuk, dari film ini kita bisa belajar untuk berusaha sampai titik akhir, seberapa pun mustahilnya usaha itu.

Friday, November 13, 2009

21 Mei 2002

21 Mei 2002

Dokter Tengku masuk ke ruang bersalin. Wajahnya yang ramah dan ganteng (menurut istriku), tersenyum kepada aku dan istriku, memberi rasa tenang untuk kami yang baru pertama kali menghadapi kelahiran anak kami. Lalu dia memeriksa sekali lagi bukaan istriku.
"Masih belum...." katanya sambil tersenyum lagi. "Ngeden lagi, Bu." katanya lagi.
Istriku sudah mulai kepayahan, tangannya terus memegang leher kausku. Aku terus menenangkannya dan mendukungnya.
"Sabar sayang, coba lagi ya..." kataku. Dia cuman trus mengerang menahan sakit. Dan tiba-tiba kulihat matanya terpejam dan dia menjadi tenang, pingsan. Aku langsung menepuk-nepuk pipinya, membangunkan. Karena setahuku, itu bukan hal bagus. Setelah beberapa tepukan, dia sadar lagi. Beberapa bidan dan perawat yang ada disitu terus mengecek kondisi istriku. Sementara, alat yang mengecek suara jantung sang bayi, masih terus berbunyi. Aku jadi ikut waspada.
Istriku kembali mengerang, menahan rasa sakit. Dia memang nggak gampang menahan sakit dan sering pingsan.
"Masih belum bu, coba lagi, tahan ya.." bidan yang membantu dokter kembali mengecek.
Setelah beberapa kali mengerang, istriku pingsan lagi. Kembali aku berusaha menyadarkannya, dan berhasil. Dokter Tengku, kulihat dari wajahnya, memutuskan untuk memulai saja proses kelahiran. Mungkin jika istriku terus pingsan, bisa berakibat tidak baik. Dia langsung bersedia dia depan meja bersalin.
"Ayo bu, coba lagi." katanya.
Istriku mencoba mengeden lagi, dan aku mendengar suara gunting memotong jalan lahirnya. Aku tidak melihatnya, tapi dari suaranya aku tau itu suara daging yang digunting. Detik itulah aku hampir nggak kuat, tapi kucoba tahan. Karena sebelum masuk, dokter Tengku sudah memperingatkan.
"Kuat nggak pak lihat darah? Kalau nggak, lebih baik diluar aja. Daripada nanti bapak pingsan, kasian perawatnya, sudah ngurus ibunya, masak harus ngurus orang pingsan juga."
"Kuat dok." aku meyakinkan dokter Tengku. Walau sebenarnya aku belum pernah melihat orang melahirkan, tapi aku tau aku nggak takut lihat darah, dan terutama, aku tidak mau melewatkan kesempatan menemani istriku melahirkan, kesempatan yang nggak semua suami bisa dapatkan. Tapi tetap saja, suara daging digunting itu, seolah mengiris perasaanku. Nggak lama setelah itu, dari suaranya, aku tau kepala anakku mulai keluar. Dan setelah satu dorongan lagi, keluarlah anakku. Waktu diangkat dengan terbalik oleh perawat, saat itulah aku pertama kali melihat anakku. Masih berlumuran darah, kulihat seorang anak yang cantik, tidak terlalu gemuk, tidak juga terlalu kecil. Sempat kuperhatikan matanya yang agak sipit dan jenis kelaminnya perempuan. Lalu perawat itu membawa anakku keluar ruangan bersalin untuk dibersihkan.
Aku tersenyum lebar kepada istriku, menjawab kekhawatirannya yang terlintas dimatanya, apakah anak kami sehat. Aku merasa mataku agak berkaca waktu aku bilang ke istriku, "Arumdapta sudah lahir, sayang, sehat, alhamdullilah." Ya nama itulah yang sudah kami tetapkan setelah mendapat bocoran bahwa anak yang dikandung istriku berjenis kelamin perempuan. Satu hal yang selalu disimpan rapat-rapat oleh dokter Tengku selama kami check up.
Setelah agak tenang, dan dokter sudah memulai menjahit jalan lahir tadi, aku berpamitan dengan istriku.
"Sayang, aku mau meng-azan-in anak kita dulu ya..." istriku mengiyakan dengan anggukan lemah. Waktu aku mulai beranjak, baru aku sadar, ternyata banyak sekali darah yang keluar dengan keluarnya Arumdapta.
Di luar kamar bersalin ibu dan bapak mertuaku sudah menunggu, dan aku kabarkan kelahiran Arumdapta. Begitu juga dengan orang tuaku di Samarinda, langsung kutelpon.
Aku masuk ke kamar bayi, dan bertemu suster yang berbeda dengan yang tadi membawa Arum.
"Sus, saya mau mengazanin anak saya Sus". Lalu suster tadi mengambil seorang anak yang putih, bermata sipit seperti cina tapi sedikit gemuk. Sempat kulihat satu lagi bayi disebelahnya yang lebih kecil tapi juga bermata sipit. Kupangku anak itu, aku memang sudah terbiasa menggendong lalu kuciumi pipi dan dahinya, sebelum aku mulai mengazani. Tapi mendadak, masuk suster yang tadi membawa Arum dari ruang bersalin. Dengan muka judes, dia bilang ke perawat satunya, "bukan yang itu". Lalu dia mengambil bayi yang kugendong, menaruhnya di box bayi dan mengambil bayi yang satunya dan meletakannya di gendonganku. Besoknya aku tau bayi pertama yang kucium dan siap ku-azan-in ternyata memang anak orang Cina. Aku sempat terpana, kupandangi Arumdapta Shabira Amma, kuciumi pipi dan dahinya dan melantunkan Azan di telinga kanan dan Qomat di telinga kirinya. Kemudian aku berdoa, meminta kepada Allah agar anakku ini nanti menjadi anak yang sehat, cantik, pintar, shalihah dan berguna bagi keluarga, bangsa dan agamanya.

Tuesday, November 10, 2009

Terima kasih teman


Percakapan panjang melalui dunia maya kemaren, dengan seorang teman lama, menggali banyak memori memori manis. Memori yang sempat terkubur karena keterbatasan otakku yang belum di upgrade.
Betapa aku dulu pernah menjadi pemuda biasa, yang jatuh hati dan patah hati. Yang pernah dibuai oleh kelembutan wanita dan yang pernah dipatahkan oleh kepergiannya.
Betapa aku dulu pernah menjadi pemuda yang berjuang, mengatasi keterbatasan bekal, banyak mengandalkan teman, dan memaksimalkan niat untuk belajar.
Betapa banyak teman-teman yang berjasa membantu. Meminjamkan duit, memberikan tumpangan, meminjamkan dan mengajarkan komputer, berpartner dalam tugas dan bersedia menjadi temanku.
Aku ingin berterima kasih pada mereka semua, atas semua yang pernah mereka berikan, dan yang mereka contohkan, bagaimana cara menyayangi.
Special Thanks to : Adhi, Mimi, Wikan, Afrian, Liana, Lely, Fityan, Dewi Arni, Wisnu, Monie, Yuli dan Monita. Mas Putu, mas Robert dan mbak Nining.

Thursday, November 5, 2009

Good song, good lyric for the girl to be strong

White Horse - Taylor Swift

Say you're sorry,
that face of an angel comes out just when you need it to.
As I paced back and forth all this time
Cause I honestly believed in you

Holding on, the days drag on
Stupid girl, I should have known, I should have known

I'm not a princess, this ain't a fairy tale
I'm not the one you'll sweep off her feet, lead her up the stairwell.
This ain't Hollywood, this is a small town.
I was a dreamer before you went and let me down.
Now it's too late for you and your white horse
to come around.

Baby I was naive, got lost in your eyes
And never really had a chance.
I had so many dreams about you and me
Happy endings, now I know

And there you are on your knees
Begging for forgiveness, Begging for me.
Just like I always wanted but I'm so sorry

Cause I'm not your princess, this ain't a fairy tale
I'm gonna find someone someday who might actually treat me well.
This is a big world, that was a small town.
There in my rear view mirror, disappearing now.
And it's too late for you and your white horse
to catch me now.

Monday, November 2, 2009

Barikin 4

Ada 1 unit kerjaku yang disebut BRK-4. Unit ini memang di set up untuk program Production Logging Tool, program untuk membaca profil dari produksi masing-masing perforasi.
Sebenarnya, banyak yang menganggap gampang unit ini, karena pekerjaannya yang monoton dan resikonya yang dianggap lebih kecil karena variasi alat yang digunakan sangat sedikit. Tidak seperti unit BRK-2 yang memang variasi pekerjaannya sangat beragam. Tapi itu tidak sepenuhnya benar, resiko malah bisa lebih besar karena kekurangwaspadaan itu sendiri. Buktinya, pernah juga terjadi kawat putus atau tool stuck di dalam sumur, yang merupakan suatu mimpi buruk bagi kami Slickliner. Belum lagi resiko karena kita bekerja di atas barge Testing yang mengalirkan aliran sumur ke burner di belakang barge, sehingga apinya sangat besar. Saking besarnya, kalau ibu-ibu yang antre minyak tanah tahu, bisa marah besar, kok gas dibuang-buang begitu saja.
Jadi, aku selalu belajar untuk tidak pernah menyepelekan pekerjaan. Karena setiap sumur mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Dan yang bisa kupelajari dari unit ini sebenarnya, aku bisa belajar mengenai Testing sedikit, secara umum tentunya.
Cuman memang yang agak berat, travelling time-nya itu. Kalau masuk siang, jam 6 harus sudah berangkat dari mess, naik Sea Truck (sejenis speed boat yang agak besar) menuju sumur, kurang lebih 2 jam-an. Sedangkan crew malam baru datang kira-kira jam 8 malam-an, dan kami kembali sampai ke mess kira-kira jam 10-an malam. Kalau lokasinya lebih jauh, bisa jam 11-an malam baru sampai mess.
Tapi, tetap aku berusaha mensyukurinya. Karena lebih banyak waktu buat aku membaca dan belajar lebih banyak lagi.

Saturday, October 24, 2009

What Dreams May Come

Novel "What Dreams May Come"

Chriss, seorang ayah dari 4 anak, meninggal dalam suatu kecelakaan. Bagian awal novel ini, dari sudut pandang Chriss, menceritakan proses dan pengalaman Chriss yang melalui saat-saat dia baru meninggal, saat dia menghadiri pemakamannya hingga saat dia bisa menerima bahwa dia sudah meninggal. Menarik juga bagaimana penggambaran pengalaman dan sensasi saat-saat baru meninggal hingga saatnya dia pergi ke tahap berikutnya. Termasuk pergolakan batin yang hancur melihat kesedihan keluarga yang ditinggalkannya. Kita akan terbawa, merasa, bahwa memang beginilah yang akan terjadi jika kita meninggal.
Bagian berikutnya, kita akan dibawa pada perkenalan Chriss dengan Albert di Summerland, seorang kerabatnya yang lebih dulu meninggal untuk memperkenalkannya dengan tempat barunya itu. Tempat yang dinamakan "Summerland". Sebuah tempat sempurna dimana semua orang baik akan pergi setelah meninggal. Albert inilah yang menjadi semacam malaikat pelindung bagi Chriss yang menjelaskan semua hal di Summerland, termasuk aktifitas-aktifitas yang terjadi di sana. Menariknya, novel ini menggambarkan tempat ini, tanpa ada pretensi yang menunjukan, agama mana yang lebih benar. Sebenarnya, hampir tak sekalipun disebutkan, bahwa "Summerland" adalah surga yang kita kenal selama ini.
Digambarkan bahwa Summerland adalah tempat yang indah, damai dan tenang. Semua penghuninya bisa melakukan apapun yang dia inginkan hampir tanpa ada batasan. Di Summerland inilah dia akan berada hingga pada saatnya nanti dia bergabung dengan orang yang dicintainya untuk selamanya.
Hingga tidak lama kemudian, dia mendapat berita bahwa istrinya tercinta, meninggal karena kelebihan dosis obat tidur. Karena dianggap sebagai bunuh diri, maka istrinya harus tinggal di "Underworld" lebih dulu. Hingga waktunya dia ke Summerland tiba.
Chriss merasa ada yang salah, dia menganggap, istrinya melakukan itu karena depresi berat setelah Chriss meninggal. Hal ini dikarenakan ikatan dan cinta yang sangat kuat diantara mereka. Chriss menganggap istrinya tidak pantas berada di Underworld, dan dia bertekad menyebrang ke Underworld untuk menjemput istrinya tersebut.
Bagian berikutnya, kita akan dibawa mengikuti perjuangan Chriss menyeberang ke Underworld. Underworld digambarkan sebagai kebalikan dari Summerland. Bukan seperti neraka yang kita bayangkan selama ini. Tapi memang tidak pernah disebutkan di novel ini bahwa itu neraka.
Membaca novel ini membuka pikiran kita bahwa kehidupan setelah kematian itu memang ada. Penulisan novel ini memang disertai dengan riset yang panjang, ditunjukan dengan banyaknya daftar pustaka acuan di akhir buku. Sesuatu yang jarang sekali ada pada sebuah novel fiksi.
Satu kalimat penutup yang sangat menyentuh; "jika memang semua yang ada di cerita ini nyata, maka kita harus mulai memperhatikan semua tindakan kita, dari sekarang".

The Alchemyst

The Alchemyst, The Secret of Immortal Nicholas Flamel
by Nicholas Scott

Butuh kurang dari 5 hari, di sela-sela perjalanan dari Sei Meriam ke sumur untuk aku menyelesaikan membaca novel ini. Walaupun tebalnya lebih dari 400 halaman, tapi font-nya besar-besar. Dan yang terutama, ceritanya memang seru.
Cerita langsung diawali dengan konfrontasi sihir antara Nicholas Flamel dan Dr. John Dee, 2 manusia abadi yang berseteru, di toko buku kecil milik Flamel. Tujuan utama Dee adalah buku Abraham The Mage (Codex) yang dimiliki oleh Flamel, buku yang berisi formula untuk hidup abadi. Dee juga adalah bawahan para Tetua, yang merasa terancam dengan adanya buku ini.
Josh Newman yang bekerja di toko buku ini secara kebetulan, atau mungkin takdir, terlibat dalam konfrontasi ini. Sedangkan saudari kembarnya, Sophie, yang bekerja di kedai kopi di seberang toko buku Flamel, juga ikut terseret. elain karena ingin menolong Josh, juga karena begitulah seolah begitulah takdirnya.
Flamel, Josh dan Sophie berhasil selamat, tapi Perrenelle, istri Flamel, tertangkap. Dan Codex pun berhasil dirampas oleh Dee, setelah sebelumnya tanpa sepengetahuan Dee, 2 halamannya terpentingnya berhasil direnggut Josh. Setelah mengetahui ada 2 halaman yang hilang, Dee kembali memburu Flamel, Josh dan Sophie. Mereka bertiga pergi minta pertolongan Scatty, sang Petarung, salah satu Tetua generasi berikutnya yang memiliki kemampuan bertarung. Flamel menduga, bahwa si kembar inilah yang disebutkan dalam ramalan Codex akan menyelamatkan dunia dari kehancuran oleh para Tetua jahat.
Dengan tambahan Scatty, mereka pergi ke Hekate, dewi berwajah tiga untuk membangkitkan kemampuan sihir si kembar yang terpendam. Hekate baru sedang membangkitkan kekuatan sihir Sophie ketika kediamannya diserang oleh Morrigan dan Bastet beserta pasukan gagak dan pasukan kucingnya. Setelah lolos dari serangan ini, mereka berempat kembali lari menuju penyihir Andor untuk minta mengajarkan Sophie sihir unsur udara. Josh, yang belum sempat terbangkitkan kemampuan sihirnya, menjadi sasaran provokasi Dee untuk beralih pihak.
Alur novel ini memang cepat, dari serangan satu ke serangan yang lain, digambarkan begitu intens sehingga sulit melepaskan buku ini sampai selesai. Scott menggabungkan berbagai unsur mitos dan mitologi barat dengan plot cerita modern. Aku yang orang Asia bisa lebih mengenal sosok-sosok dalam mitologi barat. Tapi sayang, sepertinya Scott terlalu banyak mencampurkan unsur mitologi barat, sehingga seakan-akan semua yang terjadi di mitos barat berkaitan dengan alur cerita ini.
Satu hal yang aku kurang suka, membaca novel ini seakan kita membaca sebuah skenario film. Seolah Scott menyiapkan novel ini untuk dibeli dan difilmkan. Sehingga unsur-unsur exclusive novel yang tidak bisa ditangkap medium film hampir hilang. Inilah yang banyak terjadi pada novel-novel pop dewasa ini.
Tapi, sebagai bacaan dan cerita, novel ini sangat menghibur. Kita akan lihat bagaimana lanjutan ceritanya dalam The Magician.

Tuesday, October 20, 2009

Job trouble

Nggak enak banget hari ini, rasanya masalah datang bertubi-tubi.
Padahal pagi ini sudah semangat mau pulang besok. Tapi sempat ragu juga mau kerja 24 jam, karena kalau lancar, pasti kita akan pontang panting. Karena harus rig down, spool out wire 6000 meter, spool in wire 7700 meter, trus rig up lagi di sumur berikutnya.
Tapi tadi siang ada masalah, kawatku kejepit, sehingga tidak bisa logging. Jadi toolnya ditarik keatas semua.
Aku sudah lapor, dan bosku bilang, oke tarik aja, langsung spool kawat.
Ternyata aku salah tangkap maksudnya. Ternyata dia maksudkan langsung spool setelah job di sumur itu selesai.
Aku dimarahin habis-habisan tadi lewat telpon. Dan besok, aku akan temui dia, dan bersiap dimarahin lagi.
Mudah-mudahan besok lebih baik keadaannya. Mudah-mudahan aku bisa ambil hikmah dan pelajaran dari kejadian ini.
Ya Allah, aku mohon perlindunganMu.

Friday, October 16, 2009

Video Call

Video Call

Sudah hampir jam setengah sepuluh waktu aku sampai mess tadi malam. Agak terlambat kali ini datangnya karena Sea Trucknya crew malam sempat bingung posisi kita. Biasanya sih, jam sembilan malam sudah tsampai.
Karena sudah terlanjur janji dengan Arum, aku nyempetin Video Call ke rumah. Inilah salah satu manfaat kerja di Barikin-4, walau harus bolak balik dari mess ke sumur 4 jam sehari, tapi ada sinyal 3G di Sei Meriam untuk bisa ber-video call dengan anak istri.
Waktu tersambung, seperti sudah kuduga, lampu kamar sudah dimatikan. Istriku membiasakan Arum tidur nggak lebih dari jam sepuluh malam.
"Tunggu Pa, Mama nyalain dulu lampunya ya..."
"Nah keliatan sudah..., Papa baru nyampe kah?"
"Iya...., agak telat tadi crew malam datang".
"Papa capek kah..?"
"Lumayan...., mana Arum?"
"Ini...., lagi marah Pa." Kamera Handphone diarahkan ke Arum, dia keliatan ngambek karena disuruh tidur cepat.
"Kenapa marah Sayang?"
"Marah, disuruh bobo cepat."
"Iya bobo aja, besok sekolah kan?"
"Iya Pa..."
"Berapa hari lagi Papa pulang...?"
"Besok kan sudah kamis, juma't....." istriku mulai menghitung "sabtu, minggu, senin, selasa, rabu deh. Papa pulang deh.."
Walau dalam resolusi kamera video call yang rendah, terlihat nyala terang di dalam mata Arum mendengar hari rabu. Hari bahagia dimana Papa akan pulang. Dan hari bahagiaku juga, waktunya bertemu anak dan istriku. Melepaskan beban pekerjaan, me-recharge energi dan menikmati hasil kerja walau tak seberapa.
"Sabar ya Sayang..., rabu kan Papa pulang."
"Iya Pa.." istriku menjawab mewakili Arum.
"Iya udah, bobo-an deh. Besok papa telpon lagi ya?"
"Iya pa, assalamualaikum."
"Walaikumsalam."

Wednesday, October 14, 2009

Me and my crew

Ada kesenjangan yang jauh antara gajiku dengan gaji crew-ku.
Karena personel dengan posisi dan skill seperti aku agak kurang, mengakibatkan standar gaji kami menjadi tinggi. Sehingga kesenjangan dengan crew yang paling senior pun sangat jauh.
Kadang ada kekhawatiran dari diriku, bahwa gaji yang kuterima menjadi tidak berkah. Sesuatu yang Ana pernah ingatkan aku, semoga rezeki yang kita terima selalu berkah.
Bukan karena gaji ini tidak halal, atau karena aku memaksa untuk mendapatkannya. Tapi karena kesenjangan dari crew-ku tersebut.
Aku khawatir ada pemikiran, bahwa mereka lebih capek dan setengah mati, kenapa gajiku malah lebih besar?
Alhamdulillah selama ini aku tidak melihatnya pernah ada. Karena mereka tau, tanggung jawabnya memang besar. Yang lebih baik lagi, itu memotivasi mereka agar bisa maju.
Tapi tetap saja, kekhawatiran masih ada.
Hingga aku mencoba sebisa mungkin mendapat keikhlasan dari mereka. Mungkin aku tak bisa membagi-bagi duit tiap bulan, tapi aku berusaha mentraktir mereka sebisaku. Jika tidak, aku bertekad, paling tidak, tidak mempersulit pekerjaan mereka. Berusaha semampuku meringankan pekerjaan mereka. Walau kadangkala mereka sendiri merasa tidak nyaman karenanya. Karena ada pendapat bahwa seorang CO tidak pantas kerja berat.

Saturday, October 10, 2009

Maaf

Maaf kalau ada yang tersinggung. Aku nggak minta kalian berhenti merokok, itu hak kalian. Aku cuman nggak minta bagian aja dari asap yang kalian hisap. Harusnya nggak susah. Sama seperti aku nggak minta bagian dari gaji kalian tiap bulan.
Aku juga cuma mau menjaga kesehatanku, supaya umurku lebih panjang dan sehat. Agar aku tetap bisa mencari naftkah untuk anakku bisa sekolah setinggi-tingginya.
Karena kesehatanku adalah tanggung jawabku dan salah satu hak dari keluargaku.
Sekali lagi aku minta maaf, kalau "asap" perkataanku mengganggu kalian.

Rokok

Menurutku, nggak ada tindakan yang paling tidak toleran dan paling bodoh daripada merokok.
Karena, tidak ada satupun perokok yang tidak tahu bahaya merokok. Padahal sudah jelas-jelas tertulis di bungkus rokok dan tidak ada satupun penelitian yang membuktikan sebaliknya.
Yang lucu, Kenapa juga asapnya dibuang lagi habis dihisap, kan rugi. Lebih baik ditelan dong.
Kalau ada alasan bahwa ada orang tua yg bisa hidup lama padahal dia perokok berat, maka akan kutantang. Kutantang dia untuk merokok 20 bungkus sehari sampai 10 tahun kedepan, dan kita lihat 10 tahun lagi. Dan kita lihat, siapa yang lebih kuat dan cepat jogging 10 kilometer.
Kalau ada alasan yang bukan perokok yang harus toleran, maka akan kutantang juga. Aku akan toleran sama perokok kalau dia bersedia merokok di ruangan tertutup dengan anak istrinya selama 4 jam aja setiap harinya.
Kenapa mereka nggak peduli kesehatan orang yang nggak mereka? Paling nggak, peduli kesehatan mereka sendiri.
Ketika aku posting di fesbuk, betapa aku benci rokok, ada yang bilang, "kalau rokok nggak laku, emang mau nanggung janda-janda dan ibu-ibu dan 4 anaknya yang bekerja di pabrik rokok?". Tahukah dia, siapa yang kaya dari pembelian rokok?
Yang ironis, ketika MUI hendak mengharamkan rokok, banyak sekali yang menentang. Alasannya sangat jelas, karena masih banyak ulama sendiri yg masih merokok.
Untuk anakku tersayang, kalau nanti kamu mencari suami, selain akhlaknya harus baik, papa juga minta, jangan yang perokok. Karena kalau dia nggak bisa menyayangi dirinya sendiri, bagaimana dia akan menyayangi kamu dan anakmu.
Yang jelas, banyak orang bisa sukses tanpa rokok.
Yang lebih jelas lagi, monyet aja nggak merokok.

Thursday, October 8, 2009

Hobiku

Salah satu hobiku adalah fotografi. Aku mulai senang fotografi sejak awal kuliah. Walau nggak punya kamera sendiri, hampir tiap bulan kami sering foto-fotoan 1 rol. Saat itu, aku pengen banget punya kamera SLR.
Alhamdulillah, sekitar 2 tahun-an lalu, istriku nyuruh beli kamera idamanku. Nyuruh, karena kalau aku sendiri masih merasa kamera itu mahal.
Tapi karena emang kami suka liburan, perlu banget ada kamera.
Sejak beli kamera itu, aku mulai belajar fotografi lagi dari awal. Alhamdulillah sekarang lumayan paham pengaturan manualnya. Kalau ada kesempatan, aku pengen ikut kursus fotografi.
Dalam fotografi, aku cenderung suka mengambil gambar orang. Aku seneng moto temen-temen dan keluargaku. Bagiku, moto orang, hasilnya jarang sama. Tiap sudut ekspresi, background dan pencahayaan memiliki keunikan tersendiri. Kalau moto temen, aku selalu sukarela. Bagiku, jika dia senang hasilnya, atau memasangnya di facebook, aku puas.
Karena terlalu sering moto, malah fotoku sendiri sangat jarang. Makanya aku beli tripod tahun lalu.
Sekarang obsesiku adalah, moto close up wajah semua temen dan keluargaku secara hitam putih.

Wednesday, October 7, 2009

Sederhana

Aku tak punya baju selemari.
Jika aku beli baju baru, harus ada satu baju lama yang kuberikan.
Baju lebaranku tiap tahun, adalah baju yang kupakai waktu nikah 8 tahun lalu.
Sepatu yang kupunya, kubeli dengan diskon hampir setengahnya.
Jam tanganku, kubeli waktu kepepet 8 tahun lalu.
Handphoneku bukan yang termahal yang bisa kubeli.
Mobilku, malah sebenarnya bukan milikku.
Aku berusaha, berpakaian sesederhana mungkin. Berjalan dengan menurunkan dagu. Mengayunkan tangan sedekat mungkin dengan badanku.
Apakah aku sudah tampil sederhana? Seperti Nabi Muhammad, yang mencontohkan hidup sederhana.
Kurasa belum......
Aku masih tidur di kasur empuk, di kamar ber-AC dan rumah berdinding beton. Tidak seperti nabi, yang tidur di dipan keras dan rumah gubuk.
Aku masih lebih sering kenyang daripada lapar.
Aku masih belum bisa memberi milikku yang baru daripada milikku yang lama.
Dan aku masih sering menyombongkan yang kumiliki dan yang kumampu lakukan.
Ya nabi, betapa kami rindu bertemu denganmu.

Pekerjaanku

Aku selalu bingung kalau orang tanya mengenai pekerjaanku.
Mereka selalu pikir aku kerja di rig atau pengeboran minyak.
Akan kucoba jelaskan.
Tapi aku harus jelaskan dari awal.
Sumur minyak atau gas itu, awalnya dibor oleh rig, suatu unit yang besar yang biasa kita lihat di tivi. Unit kerja ini namanya Drilling. Nah, setelah sumur itu jadi dan lengkap, biasanya tidak langsung berproduksi. Disinilah unit kerja Well Service yang bekerja. Sesuai namanya, kesatuan kerja unit ini bertugas untuk membuat sumur berproduksi dengan optimal.
Ada beberapa macam sub unit lagi di sini.
Yang pertama, Electric Line, yang membuat perforasi, lubang yang mengalirkan gas atau minyak dari lapisan kandungan minyak ke dalam sumur. Selain juga bisa untuk logging, yaitu pendataan profil sumur dan kandungan lapisannya.
Ada juga unit Coil Tubing, yg salah satunya bisa mengangkat air dari dalam sumur.
Ada lagi unit Snubbing.
Ada juga unit Testing yang bisa mengukur besaran aliran.
Dan ada juga Slickline, unit tempat aku bekerja. Unit ini termasuk yang paling sederhana dan paling rendah teknologi-nya dibanding unit yang lain.
Tugas utamanya adalah mendukung atau mempersiapkan sumur bagi unit yang lain. Sebagian tugasnya adalah, memasang dan melepas katup pengaman untuk sumur, menutup sumur, mengecek kebersihan dinding sumur dan memasukan alat untuk membaca suhu dan tekanan dalam sumur. Dan semua itu dilakukan dengan memasukan alat-alat tersebut kedalam sumur dengan media berupa kawat baja berukuran 0.125 inchi. Kira-kira 3 milimeter diameternya.
Jenis alat yang bisa di-running itu jumlahnya puluhan. Yang sulit, waktu kita running, kita hanya bisa tau apa yang terjadi dengan membaca berat turun dan naiknya.
Di tempatku sekarang, unit ini berada di atas kapal yang membawa ke sumur yang akan dikerjakan. Ada juga yang di kapal/barge unit lain untuk mendukung unit lain tersebut.
Kerja di bidang ini seperti pemain bola. Aturan dan alat yg dipakai sama di seluruh dunia. Jadi kalau ada klub atau perusahaan lain perlu, kita bisa pindah.
Mudah-mudahan cukup jelas, walau cuma sekilas.

Monday, October 5, 2009

Bingung

Aku bingung.
Aku berusaha melihat dari 2 sisi yang berbeda, yang kuyakini bijaksana, malah membuatku terjebak dalam dilema.
Di satu pihak, ada yang pingin acara sederhana untuk acara nikah adikku. Sesuai dengan dana yang tersedia dan prinsip kesederhanaan.
Tapi ibu dan adik no 2, pengen acara yang maksimal, kalau perlu mewah. Walau sudah kutentang, ada aja alasan untuk mencari tambahan dana. Ada aja cerita untuk memojokan pihak yang satunya.
Tapi aku sudah menetapkan, tidak perlu pesta mewah-mewahan. Lebih baik dana yang ada digunakan untuk biaya hidup sang pengantin baru.
Untungnya bapakku sependapat dengan aku.

Saturday, October 3, 2009

Jilbab

Masih aku ingat dari awal aku masuk SMA, saat jilbab masih belum menjadi tren seperti sekarang.
Pemandangan perempuan berjilbab saat itu sangat langka. Yang jelas, belum ada temenku dan guruku yang memakai jilbab.
Di kelas 2, ada perubahan pemahaman islam di sekolahku. Semenjak agresifnya majelis taklim, hampir semua temen cewek sekelasku memakai jilbab. Diikuti dengan perubahan cara pergaulan mereka kepada laki-laki dan yang non-muslim. Ada sedikit rasa kehilangan saat itu. Karena sebagian dari mereka adalah temen sekelasku sejak SMP.
Masuk kuliah, di universitas islam yogya. Nuansa jilbab makin kental. Walau tidak wajib menggunakan jilbab saat kuliah, banyak temenku yang berjilbab.
Di sinilah pertama kali terpesona dengan wanita berjilbab.
Seorang kakak tingkat yang berjilbab terlihat sangat manis saat itu. Walaupun sebenarnya dia tidak terlalu cantik, tapi ada keteduhan yang ditimbulkan oleh jilbab dan sikapnya.
Di awal kuliah itu pula aku terpesona oleh wanita berjilbab yang menjadi inspirasi dan motivasi saat aku kuliah.
Waktu aku bertemu soul mate-ku, dia bukanlah wanita yang berjilbab. Hingga saat kami akhirnya kami menikah, tak pernah pula kupaksakan dia agar berjilbab.
Alhamdulillah, dengan kesadarannya sendiri, sudah 3 tahun ini dia memutuskan untuk memakai jilbab. Tidak dia perdulikan bahwa banyak bajunya yg akan tidak terpakai karenanya.
Dan aku tambah cinta karenanya.

Friday, October 2, 2009

Lidah tajam

Terjadi lagi deh, ada yang marah gara-gara perkataanku.
Aku akui memang kata-kataku seringkali pedas, bahkan tajam. Seringkali pula aku menyesalinya.
Tapi yang kali ini sebenarnya, karena aku cuma mau mengingatkan. Agar orang itu lebih memperhatikan istrinya. Berhenti mengumbar status seolah istri dan anaknya itu tidak ada.
Aku kasihan sama istrinya. Sedih ada wanita yang diperlakukan seperti itu.
Apa aku salah?

Sunday, September 27, 2009

Bandung Yogya - 1998

Bandung 1998,

Waktu aku sampai stasiun Bandung, masih kurang 30 menit dari jadwal. Aman, kupikir.
Setelah berterima kasih kepada Faisal, sahabatku yang kuliah di ITB, aku naik ke kereta api jurusan jogjaku.
Saat aku naik, masyaallah, kereta api sudah penuh. Dengan semangat mahasiswa kere yang berburu transportasi murah, aku paksakan naik. Dengan harapan, masih ada sepetak lantai yang kosong. Karena jika berharap untuk bangku yang kosong, hampir mustahil. Karena hampir semua lantai pun telah terisi. Setelah pepet sana dan pepet sini, akhirnya aku menemukan celah, iya, celah, yang sekedar cukup untuk berdiri. Masih ada harapan di hatiku, penumpang pasti ada yang turun di stasiun berikutnya.
Di celah itu, hampir semua gambaran kelas ekonomi hadir, seperti nonton sinetron satu musim penuh. Dari ibu dengan bayi dan anak kecilnya. Pasangan muda yang mencoba bertahan melalui sulitnya (kelas) ekonomi. Dan penjual kerupuk yang secara ajaib bisa lewat diantara penumpang dengan karung besar berisì dagangannya, dari ujung kereta ke ujung satunya. Bolak-balik lagi.
Baru 2 jam, kakiku sudah pegal. Sedikit memaksa, aku duduk sebisanya. Lelaki muda di depanku, mengalah, lalu berdiri. Seperti sudah diprogram sebelumnya, saat aku duduk, dia berdiri. Dan saat aku berdiri, dia duduk. Tanpa kami ada banyak berkomunikasi.
Untung waktu itu aku hanya membawa tas ransel yang isinya cuma 3 lembar baju dan celana panjang dan 2 bungkus buah arbei dari lembang, buat temenku Liana.
Tapi, astagfirullah, tasku yang warnanya abu-abu kulihat memerah. Tanpa banyak berputar, otakku menyimpulkan, ini pasti arbei yang kepencet.
Apa yang lebih kukhawatirkan? Tasku, bajuku, atau arbeinya. Arbei yang begitu diinginkan Liana, karena waktu dia pulang duluan ke Jogja dengan mimi dan Adhi, dia belum sempet makan arbei. Yang pasti, semua penderitaan ini lengkap sudah.
Ternyata, episode ini belum selesai. Seperti sinetron yang dipanjangkan pak punjabi karena ratingnya tinggi. Perkiraanku salah, sampai kereta memasuki jawa tengah, penumpang tidak berkurang. Jadi sampai matahari mulai mengintip di sela-sela gunung Sumbing, aku masih rutin duduk, jongkok tepatnya dan berdiri.
Padahal, irama tubuhku sudah menuntut untuk sholat subuh. Tapi, aku berdalih, mana mungkin. Berdiri aja susah, gimana mau sholat. Allah pasti ngerti keadaanku, kataku dalam hati, mencoba membenarkan pilihanku.
Tapi, kurang dari 5 detik kemudian. Lelaki muda di sebelahku, berambut cepak, postur badan polisi,lebih tua sedikit dari umurku saat itu, melakukan gerakan yang mengagetkanku.
Urutan gerakan yang sangat kuhapal, tayamum dan kemudian sholat, dengan berdiri. Di samping pintu kereta yang tertutup.
Seperti Allah menyentil telingaku saat itu. Dia mungkin bilang "orang yang kau remehkan akhlaknya, ternyata lebih baik dari kamu".
Langsung aku pun bertayamum, dan sholat subuh, dengan berdiri.
Sesampainya di Jogja, aku me-reset kesimpulanku. Ini bukanlah 12 jam perjalananku yang terburuk. Tapi penempaan diriku, untuk tidak sembrono menilai orang dan tetap teguh beribadah, sesulit apapun keadaannya.

Tuesday, September 22, 2009

Anak

Prihatin juga melihat, ada sahabat dan kerabat yang belum punya anak, lebih dari 5 tahun setelah menikah.
Ada sahabat yang memiliki hati yang halus dan penyayang, begitu pengen punya anak. Padahal aku tahu, dia telah berusaha kemana-mana. Mungkin sudah jutaan uang yang dia keluarkan, tapi rezeki dari Allah itu belum datang.
Tapi ada juga kerabat yang, secara verbal, pengen banget punya anak. Tapi, tidak sedikit pun kulihat naluri keibuannya. Malahan dia memandang anak adalah sumber kerepotan dan keberentakan rumah. Itulah sebabnya, walaupun rumahnya bagus, rapi dan indah, persis seperti di majalah-majalah, but something is missing.
Nggak ada mainan anak yang berantakan. Nggak ada buku yang bergeletakan. Nggak ada coretan di dinding. Yang baru kusadari, adalah tanda-tanda kehidupan dan dinamisme.
Harusnya aku syukuri apa yang telah aku miliki sekarang. Walaupun anakku cuma satu, tapi dia adalah anak yang cantik dan pintar. Sumber kebahagiaan dan kebanggaanku.
Tapi, tetap aku berdoa, ya Allah, berikanlah aku anak lagi. Ijinkan aku menerìma berkah titipanmu lagi. Demi kebahagian aku dan istriku, dan demi keseimbangan pertumbuhan anakku, Arum.

Thursday, September 17, 2009

Bidadari terluka

Bagaimana kau akan menyembuhkan, luka di hati bidadari kecil berumur 7 tahun?.
Saat dia tahu, ayahnya memilih ibu baru. Setelah ibunya pun memilih jalan yang sama.
Walau ada ayah baru yg mau menyayanginya.
Walau ada kakek yang terus membimbingnya.
Walau ada pakde yang tetap mau memantaunya.
Aku hanya dia tau, pakdenya ini, juga sedih, melihat bidadari kecil itu terluka.
Dan aku berjanji, sebisa mungkin menjaganya. Seumur hidupku.

Monday, September 14, 2009

Jangan kamu tak perdulikan Mamamu, sayang.
Bantulah semampumu.
Karena papa tau, mamamu sayang sama kamu. Walau mamamu mungkin agak cerewet.
Dan papa juga tau, kamu sayang sama mamamu. Walau kamu mungkin agak judes.
Karena mamamu lah, kamu sehat, pintar dan cantik.
Sampai mamamu rela, sebagian kecantikannya kamu ambil. Begitu juga perhatian papa.

Beralih

Mulai beralih menuliskan kenangan-kenanganku ke dalam blog ini.
Karena melemahnya ingatanku, agar tak hilang cerita-ceritaku. Agar jadi pelajaran untuk anakku.

Wednesday, September 9, 2009

Love Tried to Wellcome Me

Kutuliskan kisah ini, kisah yang hampir pudar dari ingatanku yang melemah. Agar tak hilang, meski filenya nanti telah ter-delete.
Pernah aku dekat dengan beberapa wanita, sangat dekat hingga aku bisa jadi pacarnya. Tapi entah kenapa, hatiku selalu menahannya. Bukan karena dia tidak baik, bukan pula karena dia tak cantik.
Hingga pada satu titik, mereka pun mundur, untuk sesuatu yang lebih nyata. Atau mungkin, untuk seseorang yang lebih berani.
Selalu begitu yang terjadi, selalu aku tak mengerti.
Hingga saat ini, ketika ingatan itu kembali....., akhirnya menyadarkanku. Mereka telah sangat baik, pernah mengisi hidupku. Dan aku ingin mereka tau, aku sangat mensyukurinya. Karena dari mereka, aku sangat menghargai kehadiran istri dan anakku. Aku ingin mereka selalu tau, bahwa aku selalu sayang sama mereka, my princess.

Tuesday, August 18, 2009

Sayang

Tidak seperti kebanyakan orang, aku tidak terlalu mudah memanggil sayang kepada seseorang. Bukannya aku menganggap kata itu sakral, hanya saja aku merasa risih memanggil sayang, kepada teman yang paling kusayang sekalipun.
Yang pertama kupanggil sayang, dengan tulus, adalah pacarku yang pertama. Orang yang memang kusayangi, sampai sekarang, karena dialah yang menjadi istriku.
Tapi tanpa akupun sadari prosesnya, pemilik panggilan sayang itu beralih ke putri kecilku. Hingga setahunya, cuma dialah yang kupanggil sayang. Bahkan dia marah jika kupanggil mamanya dengan panggilan sayang.
Yang aku tidak tahu, jika aku punya anak perempuan lagi, akankah panggilan sayang itu beralih?

Thursday, August 6, 2009

Ulang tahunku

Dimulai dari 2 hari lalu, karena facebook, sudah ada beberapa temen yang mengucapkan selamat, tetap kuterima dengan senang hati.
Kemarin, juga ada yg mengucapkan selamat ulang tahun. Padahal, baru hari ulang tahunku.
Tadi malam Jam 00.00 lewat sedikit, ìstriku sms untuk mengucapkan selamat ultah. Dan hari ini, ketika tengah hari aku buka facebook, ada 30-an pesan di wall-ku. Capek juga mbalas satu-satu, tapi tetap dengan senang hati. Ada juga beberapa temen yg ngucapkan lewat sms.
Dan malamnya, secara tiba-tiba, crew muara sejahtera, mengeluarkan tumpeng sederhana. Hanya dilengkapi telur rebus, ayam goreng, keripik kentang dan buah-buahan. Ada lilinnya juga.
Akhirnya, lengkaplah hari ini. Terima kasih kepada semua temen yg mengucapkan, baik yang jauh maupun yang dekat.
Terima kasih Allah, atas temen-teman yang baik.

Sunday, August 2, 2009

Little Princess

Princess kecilku, jika suatu saat kau bertemu seorang pangeran yang tampan, tahanlah hatimu. Jangan sampai keindahan fisiknya menyilaukanmu. Cukuplah engkau kagumi ciptaan-Nya dulu. Setelah kau tau akhlaknya, baru kau boleh mulai membuka hatimu.

Saturday, August 1, 2009

Cewek Aceh

Perlahan, kilasan kenangan itu kembali.
Tentang seorang wanita di masa kuliahku dulu.
Aku kenal dia di tempat kursus komputer kampusnya. Dari Aceh, Cukup manis dan berjilbab. Suatu saat, pernah dia ngajak ketemuan, mau berdiskusi katanya. Anehnya, dia ngajak bertemu di mesjid dekat kostku. Kenapa nggak di KFC aja?, pikirku waktu itu.
Ternyata dia tidak sendiri, ada 1 orang temen ceweknya juga, jilbaban juga. Dan ternyata dia memang mengajak diskusi tentang agama.
Kenapa aku? Aku juga nggak tau. Apa karena aku berstatus mahasiswa universitas islam indonesia?
Yang membuat aku terkesan bukan karena aku bisa meladeni diskusi itu. Tapi karena ada cewek seperti itu, yang mau berbagi wawasan, tanpa menggurui, tanpa mendoktrin, dan tanpa menuding.
Sayangnya, namanya masih samar di ingatanku. Seperti amnesia menyerangku.

Thursday, July 30, 2009

Faces


Monochrome faces of my friends

Keputusan Besar

Aku baru saja mengambil keputusan besar. Aku dan istriku memutuskan membeli rumah baru.
Ini keputusan yang besar, melihat harga rumah itu sendiri. Mikirin bayar DP-nya aja bikin deg-degan. Mudah-mudahan perhitungan kita nggak meleset.
Belum lagi kami melakukan perubahan yang pembayarannya di luar DP itu tadi.
Tapi itu memang resiko yang harus kita ambil untuk sesuatu yang besar. Itulah yang akan menjadi tabungan untuk biaya sekolah anakku.
Lebih baik aku merasa kepepet dan kekurangan sekarang, daripada aku pontang-panting di usia tuaku nanti.
Tidak ingin aku jadikan hal ini kesombongan. Semoga Allah melindungi aku dari sifat sombong. Karena tak sedikitpun kita berhak sombong di hadapan-Nya.

Sunday, July 19, 2009

Kau

Kamu lah penuntunku, walau ku jalan menuntunmu. Di jalan sulit hidupku.
Kamu lah pelindungku, walau kau berlindung di bahuku. Dari semua godaan dunia ini.
Kamu lah penghangatku, walau kau yang kedinginan minta kupeluk. Di dingin malam-malamku.
Kamu lah senyumku, walau aku yang melucu untukmu. Di masa masa suram hariku.
Kamu mata air kebahagiaanku. Air terjun semangatku. Sungai semangatku dan lautan ibadahku.

Sunday, July 5, 2009

Kenapa aku pasang NSP

Sebagian orang mungkin berpikir, "ngapain pasang NSP?"
"ngapain bayar buat lagu yang nggak kita dengar? Sudah mahal, lagunya cuman sepotong."
Lalu, kenapa aku pasang NSP, semua karena aku merasa bersalah mendownload MP3 dan mendengarkannya sepuas-puasnya tanpa membayar sepeser pun. Aku tergerak waktu mau download MP3, ada pesan: "Belilah kaset/CD aslinya, atau pasang NSP-nya untuk mendukung musisi indonesia".
Jadi, kupasanglah NSP. Emang tidak semua penyanyi yg kudengar MP3-nya kupasang NSP-nya, tapi cukup lah.
Tapi, NSP ini, juga kujadikan tempat untuk mengungkapkan perasaanku untuk orang-orang terdekatku.

Sunday, June 28, 2009

Yogya Lagi

Yogya emang nggak ada matinya.
Ada lho angkringan yang trendi, namanya D'Javu. Tempatnya di daerah Kota Gede. Resto ini sepertinya ingin mengambil suasana Angkringan di Yogya yang terkenal dengan nasi kucingnya. Lengkap dengan angkringannya dengan menu yang persis dengan angkringan biasanya, tempat ini menyediakan tempat makan dan lesehan seperti restoran. Dan percaya nggak, disini free Hotspot.

Saturday, June 27, 2009

Yogyakarta

Sekali lagi aku ke Yogya. Dengan suasana baru, dgn komposisi pasukan yg baru.
Banyak yang berubah sejak aku kuliah di sini. Tapi kenangan-kenangannya, terasa melekat di tiap sudut kota ini.
Di sini aku pernah menuntut ilmu, berpetualang dgn teman, bertaruh dgn uang saku dan bertaruh dengan hati.
Tapi di sini pula bulan madu kami.....
Kemana semua sosok itu? Yang pernah bersama menyelusuri Yogya....
Sebagian ketemu di Facebook, tapi sebagian lain tetap hilang bersama mengaburnya kenangan.

Di Yogya


Di Yogya

Friday, June 12, 2009

Olok

Ada 1 orang temenku yang sering aku olok-olok. Ada satu kebiasaannya yg sering jadi bahan olokan kami. Yang membuat seru, dìa selalu berusaha mengelaknya, walau terang-terangan dia selalu menceritakannya.
Sebenarnya, olok-olokan seperti ini sudah menjadi hal lumrah di antara kami. Alasan awalnya adalah untuk mencairkan suasana dan meredakan tekanan kerja.
Tapi, tetap aja, selalu saja ada kata-kata yang ternyata lebih dari sekedar bercanda. Yang menyinggung hal-hal yg lebih sensitif.
Ternyata, menurut dia, kata-kataku pedas. Satu hal yang buat aku merenunginya. Yang buat aku menyesalinya. Yang kadang seperti bumerang, menyerangku kembali.
Harapanku, jika suatu saat sifat buruknya itu datang menulariku, dia bersedia mengolok-olokku. Agar aku malu dibuatnya, dan agar aku menghindari melakukannya.
But, anyway, forgive me for what I have said that may hurt you.

Wednesday, June 10, 2009

Online

Sudah denger lagunya Saykoji yang judulnya Online?
Cobalah simak liriknya baik-baik. Abaikan bahwa itu bukan genre lagu yang kita senangi atau kata-katanya yang mungkin sulit ditangkap. Jujur aja, ngena banget sama aku. Bedanya, aku banyakan online dari hape. Hampir setiap saat aku online, apalagi sejak ada Facebook.
Tapi, bagiku itu lebih baik daripada aku habiskan pulsaku untuk ngobrol dengan cewek-cewek selain istri dan anakku. Seperti sebagian besar temanku itu.
Semua itu adalah pilihan. Dan mulai hari ini, aku akan memilih online untuk hal hal yang informatif dan bisa mengeratkan silaturahmi. Facebook misalnya.... He he he.

Saturday, June 6, 2009

Over weight

Gendut.....
Aku sekarang gendut, kegendutan malah. Bayangin aja, beratku, kalau ditimbang di rumah 77 kg. Tadi pagi waktu medical check up, malah 84 kg. Entah mana yg bener, sama aja, dua-duanya tetap gendut.
Kenapa? Yang jelas, tidak pernah olahraga. Kadang-kadang aja main futsal, maksimal sebulan sekali.
Kadang juga, waktu nganter Arum sekolah, tinggal mobil di sekolah, trus jalan kaki ke BP. Lumayan, bisa sampe 1 jam-an. Tapi itu juga paling 2 kali sebulan.
Pekerjaanku juga nggak memungkinkan. Aku punya crew yg nggak rela pekerjaan yg berat kuambil. Dan tukang-tukang masak yang terlalu pintar bikin masakan yang enak-enak.
Target baruku, ngatur makan, cari info diet, dan lebih semangat berolahraga.

Thursday, May 28, 2009

Profesional

Sekali lagi atas nama profesionalitas aku kerja lebih dari 2 minggu. Sebabnya karena teman yang satu anaknya sakit, yg satu stress mikirin rumahnya yang mau disita, dan yang satu lagi anaknya juga masuk rumah sakit.
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya ini karena profesional atau karena kasian ya? Sebab, ini sudah yang kesekian kalinya. Dan seringkali karena alasan-alasan yang konyol.
Apa aku dimanfaatkan? Karena kadang-kadang aku merasa naif banget.

Sunday, May 24, 2009

Seorang teman lamaku yang tinggal di yogya menelponku kemaren sore.
Dia membangkitkan kenangan-kenangan masa kuliah dulu. Dialah tempatku curhat, partner tugas baja-ku dan teman diskusi kuliahku.
"Kamu yang pintar kok malah bukan kamu yang ambil S3?", tanyanya.
"Semua ada jalannya masing-masing, L", jawabku.
Aku heran, aku nggak merasa pintar kok. Masih banyak temen yang IP-nya lebih tinggi dan lebih cepat lulusnya.
Ya udah, yang penting, dia masih jadi temenku. Kalau kuingat-ingat, dialah temenku yang paling setia, sampai sekarang.
Makasih Lely.

Saturday, May 23, 2009

First Note

Catatan pertama yang kubuat, yang diinspirasi oleh matahari pagi yg hangat di muara Mahakam yang asri, kopi susu yang mulai dingin dan kerinduan kepada ratu hati dan princess kecilku.