Friday, October 22, 2010

Kasak kusuk cari lowongan

Sudah seminggu ini istriku sibuk kasak kusuk di internet, nyari lowongan buat aku. Dia pengen aku untuk mencoba kerja di tempat lain, yang lebih baik, lebih profesional dan syukur-syukur gajinya lebih besar.
Selain karena di perusahaan yang sekarang banyak faktor yang mulai bikin nggak betah, aku juga ingin mengembangkan kemampuanku dengan mencari pengalaman bekerja di lokasi lain. Walaupun sudah tidak terlalu muda lagi, tapi mumpung masih sehat dan recordku masih bagus di sini, aku mau mencoba cari pengalaman lagi.
Karena sebenarnya, masih banyak hal-hal di bidangku ini yang masih belum aku kuasai sepenuhnya. Dan kalau aku masih terus di sini, sangat jarang untuk bisa menguasainya.
Jadi ingat 7 tahun-an yang lalu, waktu istriku juga kasak kusuk di internet mencari kerja buat aku. Walaupun kondisinya sekarang berbeda, tapi aku tidak pernah menyesali masa-masa sulit dulu. Masa-masa ujian kebersamaan dan kesabaran kami, semoga akan selalu menguatkan kami untuk melewati ujian-ujian-Mu berikutnya.
Amin.
I love you my wife, don't ever stop fighting.

Monday, October 18, 2010

Amnesia

Aku masih berkutat dengan lemahnya ingatanku.
Banyaknya teman-teman sekolah, kuliah dan kerja yang kerap tidak kuingat namanya. Teman-teman yang dulu memang tidak terlalu dekat atau tidak ada kenangan bersama yang erat melekat.
Hal ini kerap membuatku salah tingkah waktu bertemu orang-orang yang ingat sama aku tapi aku lupa sama namanya, walau biasanya aku masih ingat wajahnya.
Tapi tenang saja teman-teman dan sahabat-sahabat karibku, yang pernah melalui masa-masa susah dan senang bersamaku, yang merekatkan erat memori itu di otakku selalu, aku takkan mungkin melupakan kalian.
Ada satu tips agar kita gampang mengingat nama seseorang, sering-seringlah memanggil namanya. Insyaallah, dia pun tak akan bisa melupakan kita.
Padahal dulu, pernah aku ingin memiliki amnesia, melupakan masa-masa pahit romansa yang berakhir pedih.

Sunday, October 3, 2010

Tablig Akbar

Hari ini aku menghadiri tabligh akbar di mesjid dekat rumahku. Sebuah mesjid setengah jadi di komplek perumahan elit yang dihuni oleh mayoritas non-muslim.
Acara pertama adalah sambutan dari ketua pembina mesjid. Sang ketua menceritakan latar belakang mesjid tersebut. Bahwa mesjid itu didirikan mulanya dari proses yang panjang, karena developer adalah non-muslim dan nampaknya sangat berat untuk memberikan tanah.
Acara kedua adalah penjelasan teknis yang ternyata berupa penggalangan dana untuk menyelesaikan mesjid itu oleh sang arsitek yang juga seorang ustad. Penggalangan dana dilakukan dengan paparan volume pekerjaan lantai, plafon dan cat, lalu para hadirin "ditantang" untuk memberikan komitmen, dalam satuan meter pekerjaan, sekecil apapun itu. Beberapa orang yang memang terkenal sangat kaya bahkan ditawarin untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan lantai. Hasilnya, 3 orang sekaligus bersedia menanggung pekerjaan lantai sebesar 450 juta. Sedangkan, pekerjaan plafon dan cat dibagi kepada jamaah dengan variasi jumlah komitmen. Menakjubkan, dalam 45 menit, berhasil didapatkan komitmen sebesar 725 juta rupiah. Tahun lalu bahkan didapatkan 1.2 milyar rupiah.
Arum tanya aku, "kenapa papa nggak nyumbang?" Aku menjawab, "kalau kita nyumbang, nggak perlu orang lain tahu".
Walaupun hasilnya sangat baik, tapi aku merasa, ada unsur riya di dalamnya. Harusnya, jika tangan kanan kita memberi, tangan kiri kita tidak perlu mengetahuinya. Wallahualam.
Tapi, bagiku, ini merupakan gambaran kekuatan islam yang terpendam. Aku yakin banyak muslimin di seluruh Indonesia yang kaya raya, yang mau menyumbangkan hartanya untuk kemaslahatan umat. Wallahualam.
Yang menarik, ustad itu sempat bertanya, "bapak-bapak, ibu-ibu yang tahun lalu menyumbang untuk mesjid ini, apakah harta bapak-bapak, ibu-ibu ada yang berkurang?" dan semua jemaah menjawab tidak.