Friday, February 7, 2014

Senyummu dan Sakitmu

Minggu ini, seperti biasa kamu nggak pernah mau ngomong sama Papa. Kalaupun papa bertanya, kamu cuma menjawab secukupnya. Bahkan saat papa antar ke sekolah, kamu duduk di kursi belakang, persis dah kayak supir aja papa ini. Beberapa kali papa mencoba menyenangkanmu, membelikanmu CD dan kalender Super Junior, membelikan roti bakar kesukaanmu, tapi sikapmu tetap nggak berubah. Padahal papa sangat merindukanmu, di saat papa di lokasi, papa terus mengingatmu. Setiap papa nelpon mamamu, pasti kamu yang pertama papa tanyakan. Tapi Papa cukup puas melihatmu tersenyum dan bercanda dengan teman sekolahmu atau dengan kakak Tia dan Adis. Paling nggak papa tau kamu masih bisa berbahagia dan tersenyum. Papa cuma bisa menciummu di saat subuh sebelum kamu terbangun. Kata mamamu itu karena kamu sudah memasuki usia dewasa, tapi kenapa kamu seperti memusuhi papa?
Dua hari sebelum papa naik kerja, papa sempat marah sama kamu, setelah beberapa kali dibangunkan karena hampir maghrib, tapi kamu malah malas-malasan dan sempat tidur lagi hingga pas maghrib. Untuk hal ini papa memang tidak memberi toleransi, karena dampaknya sangat jelek, apalagi untuk anak perempuan yang sudah akil baliq. Tapi saat diberitahu dan dipanggil, kamu malah melawan mamamu. Papa sudah berusaha menahan marah, tapi waktu kamu melawan mamamu, papa tidak bisa diam, akhirnya papa ikut marah. Hampir saja papa memukulmu, tapi papa berusaha menahan diri, karena papa sadar memukulmu tidak akan membuatmu jadi lebih baik.
Esoknya, pulang sekolah, kamu terlihat lemas. Waktu mamamu memegang dahimu, ternyata badanmu agak hangat. Rupanya kamu tertular flu yang sebelumnya sudah menyerang kakak Edo, nenek dan mamamu. Sampai malam badanmu masih panas walau sudah diberi panadol, akhirnya papa keluar lagi untuk membeli obat demam untuk kamu. Jam 8 kamu sudah masuk kekamarmu untuk segera istirahat dan tidur. Waktu papa cek jam 9, kamu sudah tertidur, papa pegang dahimu, masih hangat. Papa elus kepalamu, papa hampir menangis melihatmu, papa sedih karena papa akan berangkat kerja besok sedangkan kamu sedang sakit. Papa jadi menyesal telah memarahi kamu sehari sebelumnya. Cukup lama papa mengelus kepalamu dan menciummu, rupanya kamu sangat capek dan sangat lelap tidurnya, mungkin karena pengaruh obat juga.
Yang papa sadari, ternyata selama ini kami dianugerahi anak yang sehat dan sangat jarang sakit. Itu mungkin berkat mamamu yang ketat dalam kebersihan, kesehatan dan makanan.
Semoga kamu selalu diberi kesehatan....