Monday, December 14, 2009

Cobalah......

Cobalah menganggap setiap kesulitan sebagai tantangan, dan setiap kemudahan sebagai rambu-rambu.
Cobalah menganggap setiap masalah sebagai ujian, dan setiap solusi sebagai pelajaran.
Cobalah menganggap setiap hinaan sebagai kritikan, dan setiap pujian sebagai pengalih kewaspadaan.
Cobalah menganggap setiap kelebihan sebagai tanggung jawab, dan setiap kekurangan sebagai kelapangan.
Insyaallah, kita akan menjadi orang yang selalu berusaha, selalu waspada, selalu belajar, selalu berbagi, selalu rendah hati dan selalu bersyukur.

Saturday, December 12, 2009

Pesan

Mulanya aku membuat blog ini untuk menuangkan buah pikiran dan unek-unek yang menumpuk di dadaku. Unek-unek yang kadang tidak bisa aku bicarakan dengan teman dekat atau istriku. Bukan karena aku tidak biasa curhat dengan istriku, tapi karena kita sering berpisah.
Kemudian, aku juga mulai menuliskan kenangan-kenanganku di masa lalu, yang karena suatu sebab, sempat hilang dari ingatanku. Karena aku sadar memoriku agak lemah, maka aku berusaha menuliskannya kembali.
Kemudian lagi, karena kekhawatiran akan masa depan anakku dan masa depanku sendiri. Aku mulai menuliskan pesan-pesan kepada anakku berdasarkan pada pengamatanku pada duniaku sekarang.
Aku harap, walaupun di saat terburuknya pun, dia masih bisa dan mau menerima pesanku ini.
Mudah-mudahan, aku bisa melihatnya tumbuh dan menjaganya selama mungkin sisa umurku.

Friday, December 11, 2009

Cemburu

Sayangku, kamu harusnya tidak perlu cemburu dengan buah hati kita. Memang seolah dia telah sepenuhnya memiliki aku. Memang seolah dia telah menguasai semua perhatianku. Tapi percayalah, dia memilikiku karena aku milik kalian berdua. Dia menguasai semua perhatianku karena perhatianku hanya pada kalian berdua.
Coba kau lihat dirinya lebih seksama, niscaya akan kau temukan bahwa kamu dan dirinya sama. Kau seakan-akan melihat dirimu sendiri ketika kau persis seumuran dia. Jadi jika aku sangat menyayanginya, berarti aku juga menyayangi kamu. Walaupun dia agak judes dan cerewet, tapi aku juga cinta sama orang yang menurunkan judes dan cerewetnya itu.
Walaupun emosinya gampang berubah, berusaha mengembalikan emosi terbaiknya merupakan suatu kewajibanku, sama seperti sejak pertama kita bertemu.
Aku memang ingin dia merasa teristimewa bagi kita, agar tumbuh percaya diri dalam jiwanya.
Aku memang ingin dia menerima sayang kita sebanyak-banyaknya, agar dia juga bisa menebar rasa kasih sayang.
Aku memang ingin dia bebas memilih, agar dia belajar konsekwensi dari pilihannya sejak dini.
Aku memang ingin dia menjelajahi hal sebanyak-banyaknya, agar luas wawasannya.
Bukan karena aku memanjakannya, tapi karena harapanku sangat besar terhadapnya.
Jika ada sifatnya yang tidak kau suka, mungkin itulah juga yang dirasakan ibumu dulu. Jangan terlalu menentangnya, tapi pahami dan dekati, seolah ini kesempatan keduamu dalam hidup.
Jangan kau paksakan dia menjadi apa yang dulu tidak bisa kamu wujudkan. Karena kemiripan kalian akan terpengaruh oleh perkembangan jaman. Tapi berikanlah semua kesempatan baik, yang dulu tak pernah kita dapatkan.
Tugas kita adalah, memberinya bekal ilmu dan akhlak sebanyak-banyaknya. Tuntun dia ke semua gerbang pengalaman yang positif, lalu biarkan jiwanya yang masih bersih menentukan pilihannya.
Bagiku, kalian adalah satu paket anugerah dari Allah yang terbesar yang pernah kuterima. Betapa murah hatinya Allah dengan memberikan bonus saat aku menemukan wanita yang kucintai sejak pertama aku melihatmu.

Wednesday, December 9, 2009

untuk anakku tersayang

untuk anakku, jika kau dewasa nanti, berhati-hatilah dalam memilih teman lelaki. Karena papa tau, banyak sekali jenis laki-laki di dunia ini.
Ada lelaki yang mementingkan fisik dan penampilan saja. Termasuk penampilan tunggangan dan barang yg menempel di badan mereka.
Ada juga yang hobinya mendekati wanita dengan segala upaya dan pesona yang mereka punya. Tapi setelah mendapatkan yang mereka mau, wanita itu ditinggalkan, dibiarkan jatuh dalam penyesalan.
Ada juga laki-laki yang memandang rendah wanita dengan penampilan yang biasa-biasa saja. Dan memasang target tinggi wanita yang menjadi pasangannya, hingga ia terpesona dalam kecantikan dan keindahan duniawi saja. Lupa bahwa kecantikan yang sejati, hanya bisa dilihat oleh mata hati yang bersih saja.
Memang manusia tak ada yang sempurna. Tapi papa harap, kamu bisa memilih lelaki yang rajin sholat dan membawa sholat itu dalam tindakannya. Lelaki yang lebih mementingkan ilmu dan ibadah daripada penampilan duniawi. Dan lelaki yang kau pandang tampan, hanya jika kau memandangnya dengan mata iman dan takwa.

Thursday, December 3, 2009

Arum dan pingpong

Secara mengejutkan, Arum meminta ijin padaku minggu lalu.
"Pa, boleh nggak Arum ikut latihan pingpong setiap senin pulang sekolah, Pa?" tanyanya.
Walau sempat kaget atas pilihannya, aku bilang "boleh aja".
Dan waktu hari senin kemaren aku jemput dia pulang sekolah, aku kaget, ternyata dia serius mau latihan pingpong. Dari raut mukanya aku tau dia serius, dan dia nggak mau niatnya dihalangi. Akhirnya aku biarkan dia ikut latihan pingpong sampai jam setengah empat sore.
Pulang latihan, aku yakinkan dia,
"Arum boleh ikut latihan pingpong, tapi Arum harus janji kalau Arum akan terus latihan. Karena olahraga itu bagus. Kalau mau, nanti papa belikan bet pingpong buat Arum."
"Iya Pa", cuman itu yang dia ucapkan.
Aku sempat bersyukur ternyata dia berani mengambil pilihan yang agak tidak biasa. Karena selain badannya yang masih mungil untuk ukuran meja pingpong itu sendiri, teman latihannya yang tidak banyak itupun cowok semua. Mungkin konsekwensi dari didikan kami yang selalu membiarkan dia memilih untuk dirinya sendiri, tapi harus mau mengambil resiko pilihannya itu. Dia cuma sempat mengeluh bahwa teman latihannya agak pelit meminjamkan bet pingpong, makanya aku berniat membelikannya pingpong.
Kemarin malam, sesuai janjiku, aku ajak dia membeli bet pingpong. Di toko pertama, dia sudah menjatuhkan pilihan pada sepasang bet yang harganya 88 ribu. Entah mengapa, dia ngotot mau beli sepasang bet itu. Hingga di toko yang kedua dan ketiga, dia tetap ngotot mau beli bet yang pertama itu. Di toko ketiga, aku marah besar, saran kami untuk membeli bet lain yang malah lebih mahal ditolaknya. Aku tidak tau alasannya memilih sepasang bet itu, hingga pilihan yng lain di toko yanglain bahkan tidak diliriknya. Aku jelaskan, dengan marah, bahwa maksud mencari ke toko lain, agar kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah untuk barang yang lebih baik.
Saat dia menangis, aku baru sadar, tapi dia sudah terlanjur patah semangat. Hingga walau aku setuju membelikan bet pilihannya pun, dia sudah tidak mau lagi.
Hingga kini aku masih kepikiran. Aku takut dia shock atas kemarahanku. Aku takut dia tidak mau meneruskan latihan pingpong lagi. Aku takut, dia tidak akan berani mengambil tantangan baru seperti latihan pingpong tadi.
Maafin papa sayang.