Sunday, May 10, 2015

20 April, Senin

Sejak semalam kami memutuskan, kalau nanti pagi kami akan membawa Altaf ke rumah sakit. Agak ragu juga karena nggak punya pengalaman ke rumah sakit di luar negeri. sempat WA mbak Darling untuk rekomendasinya mengenai rumah sakit, tapi nggak ada balasan. Akhirnya aku tanya receptionist hotel, katanya rumah sakit terdekat adalah Raffles Hospital, cuma 10 menit pake taksi katanya. Dia juga menawarkan rumah sakit pemerintah atau gedung di belakang kami yang ternyata juga rumah sakit tapi karena swasta katanya mahal sekali. Akhirnya aku ambil keputusan kami ke rumah sakit Raffles saja, karena selain namanya sudah kami pernah dengar dan juga dekat dari hotel. Dan benar ternyata sekitar 10 menit-an saja dari hotel kami, apalagi waktu itu kami berangkat pagi pagi. Sampai di rumah sakit jam 7:30 pagi, tapi ternyata poli anak baru buka jam 8 pagi. Kalau mau ke emergency bisa, tapi aku lebih memilih menunggu poli anak buka karena belum terlalu emergency. Sambil menunggu buka, kami sarapan di Starbucks yang berada di bawah rumah sakit itu juga. Pelayannya yang manis dan ramah sempat bertanya apakah kami mau berobat? Katanya sih di situ mahal dan bertanya kenapa nggak coba klinik yang lain yang lebih murah. Kami cuma bisa menjawab bahwa kami nggak tau tempat yang lain lagi, lagian kami pikir semahal apa sih, lagian juga demi kebaikan dan kesembuhan anak kami.
Kita tunggu di poli anak dari jam 8 pagi dan ternyata dokternya datang baru jam 9 karena harus kontrol pasien dulu. Sempat kesal juga kami, kami pikir sama aja kayak di Indonesia. Apalagi Altaf kembali cerewet dan badannya tetap panas. Waktu Altaf cerewet itu, salah satu suster yang senior mengukur suhu badan Altaf yang ternyata 39 derajat, pantas aja Altaf cerewet. Suster itu juga menanyakan apakah kami sudah memberi obat penurun panas, dan kami jawab sudah dan kami tunjukan obatnya. Ternyata kata suster itu obat yang kami berikan kurang kuat dan kurang dosisnya. Setelah dihitungkan oleh suster itu kami beri lagi Altaf obat penurun panasnya. Tidak lama dokternya datang, dokter Chu namanya, wanita keturunan Cina. Dokternya sangat ramah dan informatif, kami diberi penjelasan yang baik dan dia menanyakan riwayat panasnya Altaf. Altaf juga diambil dan dites ingusnya untuk melihat kalau ada kemungkinan influenza, alhamdulillah negatif influenza. Altaf juga diberi obat penurun panas lewat pantatnya dan alhamdulillah panasnya mulai reda. Waktu akhirnya membayar biayanya, aku sedikit terkejut, karena biayanya 270 dollar, atau sekitar 2.7 juta rupiah, untung kartu kreditku limitnya masih cukup. Tapi kami merasa puas dengan pelayanan dan pengalaman dari rumah sakit ini, yang terpenting Altaf bisa cepat sehat.
Kami kembali ke hotel untuk memberikan waktu untuk ALtaf dan mamanya beristirahat. Arum dan Devy pun nampaknya mengerti, mereka tinggal saja di hotel karena mereka juga sulit tidur semalam karena mendengar Altaf bangun bangun terus.
Setelah agak siang, Altaf badannya mulai dingin dan tampak lebih tenang. Lalu kami memutuskan untuk jalan jalan ke Bugis dengan menggunakan taksi saja, karena dekat dan memang kami tidak mau berlama lama di jalan. Di Bugis kami melihat lihat oleh oleh dan coklat, sekaligus mencari tas untuk Arum dan Devy. Karena waktu kami jalan di Sentosa Harbourwalk, mereka melihat tas bagus dan imut yang harganya 10 dollar saja. Mereka waktu itu memang punya duit 10 dollar dari aku waktu mereka jalan sendiri di Garden by The Bay, jadi mereka mau menggunakan duit itu untuk beli kemauannya merea sendiri. Tapi waktu itu kubujuk mereka untuk mencari tas di Bugis atau China Town saja, karena katanya disana harganya bisa lebih murah. Tapi di Bugis ini mereka tidak mendapatkan tas yang mereka inginkan, jadi kami sebentar saja di sini dan segera kembali ke hotel untuk beristirahat.

No comments:

Post a Comment