Thursday, May 28, 2015

13 Tahun

Sejak beberapa minggu ini, Arum sering menyebut-nyebut nama kak Agung, seniornya di Marching band. Berbeda dengan nama cowok cowok yang lain yang sering kamu sebut, yang satu ini kayaknya intens berkomunikasi dengan kamu. Nampaknya dia sering chatting lewat Line dengan kamu, dan mungkin, tanpa kita tahu kamu sering telpon-telponan. Papa dan Mama sudah menduga, bahwa kamu mungkin sudah mulai jatuh hati sama dia, walau kamu terus mengelak dengan alasan bahwa kak Agung itu sudah punya pacar. AKhirnya, hari minggu kemaren, setelah baru 3 hari kamu menginjak umur 13 tahun, kamu meminta ijin supaya bisa ketemuan dengan kak Agung, berdua saja. Mamamu langsung menolak, sedang Papa membolehkan dengan syarat Papa, Mama dan Altaf ikut juga. Kamu langsung ngambek, tapi kami biarkan, kami harap nanti ada waktu buat Mamamu membicarakan hal ini dengan lebih pelan dan dari hati ke hati.
Kami sempat kaget, walaupun sudah pernah menduga, tapi tidak pernah menyangka akan sedini ini kamu dekat dengan laki laki. Kami sadar bahwa kamu sudah aqil baligh, tapi kami tetap tidak menyangka secepat ini. Mungkin Papa Mama membandingkan dengan waktu Papa Mama masih seumurmu. Waktu seumurmu, Papa dan Mama cuma sibuk sekolah dan bermain, belum ada pacar-pacaran. Tapi memang kita hidup di masa kita masing masing, Papa dan Mama tidak bisa begitu saja menyamakan. DUnia sudah berubah lebih cepat, teknologi pun jauh lebih maju, jadi wajar pergaulan pun lebih luas dan intens. Tapi anakku Arumdapta tersayang, demi Allah, Papa melarang dan membatasimu semata-mata hanya untuk melindungimu.
Walaupun saat ini kamu marah sama Mama sama Papa, tapi percayalah, nanti kamu juga akan sadar. Paling lambat, kamu akan sadar kalau nanti kamu sendiri punya anak. Jadi, kami biarkan saat ini kamu marah sama Mama sama Papa.
ALhamdulillah, beberapa hari kemarin kamu tidak terlihat marah lagi. Malah kamu tidak pernah mengungkit-ungkit lagi, mungkin kamu sudah sadar, atau memang rencana itu tidak jadi.
Ada saatnya nanti kamu serius terlibat hubungan dengan laki-laki, tapi Papa harap saat itu orientasimya adalah untuk menikah, untuk membina rumah tangga. Bukan untuk senang senang yang mengundang resiko. Dan Papa percaya, sekarang bukanlah saatnya.

No comments:

Post a Comment