Saturday, March 27, 2010

Sebuah renungan dari teman

Bagi sebagian orang muslim, berhaji adalah kewajiban yang utama. Begitu pentingnya berhaji ini, sehingga rezeki yang mencukupi mereka gunakan untuk berhaji. Dan begitu pentingnya haji ini, hingga panggilan dan titel haji menjadi ukuran kemuliaan.
Bagiku, sudah jelas, haji wajib jika kita mampu melakukannya. Dan aku masih merasa belum mampu melakukannya. Karena aku masih merasa, sebagai orang tua, jaminan kelangsungan pendidikan untuk anakku jauh lebih penting. Dan bagiku juga, masih banyak keluarga dan saudara terdekat yang masih membutuhkan bantuanku.
Tapi kemarin Lely nelpon dari Jogja, dia mengingatkan, dalam rezeki kita ada tanggung jawab untuk menggunakannya untuk melaksanakan rukun islam yang terakhir itu. Dia menyarankan, jika belum mampu untuk naik haji plus, kenapa nggak daftar dan setor biaya awal untuk haji aja terlebih dahulu untuk mendapatkan nomer urut haji. Harapannya, jika giliran kita ada, dengan keadaan sekarang sekitar 4-5 tahun, kita sudah siap. Harapannya juga, dengan begitu, niat kita untuk melaksanakan haji sudah dicatat oleh Allah.
Lely juga bilang, rezeki masing-masing orang sudah diatur oleh Allah. Orang-orang yang kita anggap wajib kita bantu pasti ada rezekinya sendiri dari Allah. Jika kita gunakan rezeki yang kita terima untuk mengunjungi rumah Allah, insyaallah Allah akan menambah rezeki kita, sehingga kita masih bisa membantu mereka yang memang membutuhkannya.
Lely bilang, Allah sudah memberi kita rezeki yang banyak, masak kita nggak bisa menyisihkan sebagian untuk memenuhi undangan-Nya. Walaupun benar, ini seperti tamparan untuk aku. Karena jika kembali ke alasanku tadi, aku bertanya sendiri, apakah aku sudah cukup menyalurkan rezeki yang kuterima untuk orang yang membutuhkan, atau aku cenderung menumpuk harta dengan alasan berinvestasi dan mengumpulkan aset.
..?
Terima kasih Lely, nggak sia-sia aku terus berkomunikasi jarak jauh dengan kamu.
Kini saatnya aku harus memikirkan untuk meningkatkan investasi dan aset untuk di akhirat kita nanti.

No comments:

Post a Comment