Wednesday, March 24, 2010

Pramex 1997-an

Gambaran itu melekat erat di otakku sampai sekarang. Seperti poster Batgirl yang bertahun-tahun nempel di kamar kosku.
Temanku itu, duduk di seberangku, dengan jilbab ungunya menatap keluar jendela kereta Pramex yang kita naiki menuju Jogja. Buah kelengkeng yang sudah hampir habis dalam plastik hitam ada di meja di antara bangku kita.
Aku nggak tau apa yang dipikirkannya, tapi aku yakin bukan aku. Mungkin dia sedang memikirkan pacarnya, teman sekelasku. Atau mungkin dia memikirkan motornya yang kami tinggal di Stasiun Tugu Jogja.
Cukup aneh memang, kami pergi ke Solo, berdua aja untuk mencari proyek buat PKL. Harusnya ada yang spesial di antara kita, tapi tidak, karena kami telah menemukan banyak kesamaan di antara kita, hingga kami sepakat, kami lebih cocok bersahabat.
Walau persahabatan kami sempat naik turun, sampai sekarang, aku sangat sayang sama dia, sebagai sahabat dan sebagai kakak perempuan yang tidak pernah kumiliki. Sebenarnya, waktu itu, aku malah naksir berat dengan sahabatnya yang hampir seperti kembarannya itu.

2 comments:

  1. suit, suit... siapakah dia? temanku yang selalu kamu panggil itu ya? hihihi...

    Memang Do, persahabatan kita super unik, sama seperti persahabatanku dengan seorang teman di SMA dulu, just like brother and sista! It's much more fun, no pressure.

    By the way, memang aku pernah jadi sohib ga enak ya, yah, begitulahhh... minta maaf ya:) Mari kita bersahabat kembali...

    ReplyDelete
  2. Mon,
    Aku nggak nyangka kamu baca ini. Jadi malu....
    Kalau aku ada salah juga, aku minta maaf juga yah. Kamu tetep salah satu sahabat terbaikku.
    Kayaknya, kamu pasti tau lah siapa dia.

    ReplyDelete