Wednesday, March 10, 2010

Arum...

Waktu Arum baru lahir, istriku masih bekerja. Karena waktu itu kami kerja sekantor, jadi kami pergi kerja bersama-sama setiap pagi. Dan aku ingat betul, setiap kami berangkat kerja dan mengucapkan "Dadah.....", dia langsung menangis. Setiap pagi itu juga rasanya hatiku hancur melihat muka meweknya setiap kami berangkat kerja. Walaupun kami masih beruntung, karena selama kami kerja, Arum diurus oleh neneknya dan ibu Yana-nya yang sangat pintar mengurus anak. Tapi tetap saja hatiku sedih setiap pergi kerja.
Yang juga menghancurkan hatiku, Arum sepertinya trauma oleh kata-kata "Dadah..." itu. Karena setiap dia mendengar kata itu, dia langsung mewek dan siap menangis. Pernah aku mendongeng untuk Arum sebelum dia tidur, di cerita itu ada bagian di mana salah satu tokoh saling berpisah dan mengucapkan "Dadah...", saat itu juga wajahnya langsung mewek dan hampir menangis.
Sampai akhirnya aku dan istriku berhenti dari tempat kerja kami dan aku mengambil waktu untuk beristirahat selama sebulan. Di saat itu, Arum terasa mendapat perhatian dan waktu kami secara penuh. Tapi setelah sebulan, aku mengambil pekerjaan yang mengharuskan aku untuk bekerja di luar rumah selama 2 minggu penuh, tapi enaknya, selama 1 minggu days off, aku seminggu penuh di rumah. Pada setahun pertama bekerja, Arum masih nggak bisa melihat aku berangkat kerja, dia pasti menangis pada awalnya. Setelah setahun lebih, dia baru bisa melihat aku berangkat kerja tanpa menangis. Untungnya, kemajuan teknologi komunikasi membuat komunikasi kita seakan tanpa batas. Bahkan, kalau di Sei Meriam, aku masih bisa ber-Video Call dengan anak istriku.
Tapi, terkadang, waktu 1 minggu days off tidak cukup. Arum malah pengennya kalau bisa Papanya di rumah aja, nggak kerja. Tapi kubilang, "Nanti Papa nggak dapat uang, sayang...", dia malah menjawab "..biar aja....". Membuat aku merasa tersanjung, melayang, sekaligus sedih.
Tapi aku bersyukur, di lain pihak, dengan jarangnya aku di rumah, Arum bisa lebih dekat dan akur dengan Mamanya. Karena, kadang-kadang, kupikir, kalau ada aku, mereka sering banget nggak akur. Apalagi sejak mamanya, istriku, tidak bekerja lagi, mereka terlihat lebih dekat sama lain.

No comments:

Post a Comment