Sunday, May 23, 2010

Nasihat 2

Belum separo perjalanan dari Samarinda aku nyetir menuju Balikpapan. Arum sudah tertidur pulas di jok tengah. Walau nggak ada yang khusus dibeli di Samarinda, tapi mood istriku sedang baik. Mungkin karena tadi bertemu dengan adik bungsuku yang baru aja melahirkan dan melangsungkan tasmiyahan, salah satu alasan kami ke Samarinda.
Seperti biasanya, istriku ngajak ngobrol supaya aku nggak ngantuk. Perlahan, akhirnya obrolan kami menyinggung pertengkaran antara dia dan anaknya beberapa hari lalu.
"Ma, jangan terlalu keras sama Arum." aku memulai, memasuki celah mood dan topik.
"Sadar nggak kalau dia itu sebenarnya fotokopi mama sendiri. Seringkali, orang itu dianugrahi anak oleh Allah yang sifatnya persis seperti diri mereka sendiri. Kalau mereka kerap merepotkan atau menjengkelkan kita, mungkin itu merupakan peringatan dari Allah, bahwa seperti itulah dulu kita membuat repot dan jengkel orang tua kita. Kadang pula kita marah melihat tabiat jelek anak kita, karena kita tau, tabiat jelek itu yang dulu kita punya, yang kadang-kadang masih ada sampai sekarang." Istriku tersenyum tipis, sadar bahwa betapa mirip anaknya dengan dia waktu kecil dulu.
"Cobalah lebih berkompromi dengan dia, yang berarti juga berkompromi dengan diri sendiri."
"Tau nggak kenapa dia suka iri sama Mama?, karena dia merasa papa lebih sayang kepada mama daripada kepada dia. Dia cemburu karena mama lebih sering dibelikan."
"Papa, lebih banyak perhatian sama Arum, harapannya mama bisa maklum, karena mama yang lebih dewasa, bisa lebih mengerti."
"Bagi papa, Arum memang kesayangan papa nomer satu, tapi mama, kecintaan papa nomer satu." kataku sambil mencubit dagu istriku, seperti kebiasaanku. Itulah keadilan yang bisa kuberikan pada mereka.
Di dalam hati, aku berjanji, aku akan memberi waktu lebih buat istriku. I love you both.

No comments:

Post a Comment