Sunday, October 14, 2018

Doa Papa

Di setiap doa Papa, Papa pasti minta agar anak anak Papa jadi anak yang sholeh, sholat, sehat, pintar dan kuat. Dan Papa selalu berusaha agar anak anak Papa jadi anak yang sehat dan ceria. Sebisa mungkin Papa usahakan agar kalian tidak kesusahan atau bersedih.
Sampai saat ini pun begitu, Papa berusaha memenuhi kebutuhan anak Papa, walaupun kondisi sekarang tidak seperti dulu. Papa akan selalu berusaha keras agar semua kebutuhan sekolahmu bisa terpenuhi. Tapi ada saat saat Papa tidak memenuhi semua keinginanmu, hal hal kecil yang sebenarnya tidak terlalu kamu perlukan, hal hal yang bisa ditunda dan hal hal yang akan menjadi mubazir pada akhirnya.
Mungkin kamu akan merasa sedih, bahkan mungkin marah sama Papa dan Mama. Tapi percayalah, itu semua agar kamu bisa belajar memilah dan memilih, mana yang lebih penting dan berguna. Tidak selamanya Papa bisa membelikan apa yang kamu mau, tidak selamanya Papa ada di sampingmu. Kamu juga harus siap suatu saat Papa nggak ada, dan keadaan tidak sebaik sekarang. Papa mau kamu juga bisa hidup dalam kondisi yang susah dan sulit, kalau kamu tidak membiasakannya, Papa takut kamu tidak kuat menjalani hidup.
Mulailah belajar hidup lebih sederhana, memilah mana yang lebih penting dan lebih empati dengan orang lain. Kita harus berempati juga dengan keadaan orang lain. Di saat Arum bisa sekolah di tempat yang mahal dan bagus. Ada sepupumu yang harus kerja di usia yang muda. Ada yang harus sekolah di tempat yang biasa. Bahkan ada yang kesulitan membayar uang sekolah yang tidak sampai setengah uang bulanan sekolahmu.
Percayalah, Papa dan Mama cuma mau memberikan yang terbaik untuk kamu, cuma mau mendidik yang terbaik untuk kamu. Termasuk mempersiapkan kamu untuk bisa menghadapi kehidupan yang sulit. Papa dan Mama minta maaf kalau mungkin ada didikan Papa dan Mama yang salah. Karena Papa dan Mama juga masih terus belajar menjadi orang yang lebih baik. Papa berharap kalau Papa sangat sayang sama Arum dan Altaf bukanlah hal yang salah.
Banyak banyak lah bersyukur sama Allah, karena masih banyak anak anak yang lebih susah daripada kamu, yang tidak seberuntung kalian. Karena kalau kita bersyukur, Allah berjanji akan melipatgandakan nikmat Nya.

Saturday, October 13, 2018

Jogja (2)

Banyak sekali yang berubah dari Jogja, jalan jalannya lebih padat dan lebih banyak. Bahkan jalan selokan yang dulunya jalan alternatif sekarang jadi salah jalan utama. Bis orange yang jadi sarana transportasi andalan mahasiswa kini sudah tidak terlihat lagi. Digantikan dengan bis bis yang lebih kecil yang lebih ramah asap knalpotnya.
Landmark dan gedung gedung yang dulu kukenal tersisa sedikit, hanya tugu jogja, yang ternyata belum pernah aku pegang selama aku tinggal di Jogja. Bioskop bioskop yang dulu kukenal, Yang paling banyak menyimpan kenangan dan cerita kini sudah tidak ada lagi. Apalagi sebuah kafe kecil di belakang bioskop Regent tempat rahasia kita sering bertemu, Aku yakin sudah tidak ada lagi. Mungkin sudah berubah menjadi kafe yang instagramable, atau sudah jadi kost kost yang makin menjamur.
Bahkan kampus UII yang sekarang sudah berubah menjadi komplek kampus yang luas, hampir seperti UGM. Sedangkan gedung kuliahku dulu, sudah ditempati jurusan lain, tertutup oleh mesjid utama.
Walaupun sudut sudut kota ini yang menghadirkan kenangan kenangan itu sudah memudar, tapi Jogja punya magis yang tak berubah. Ada sesuatu pada kota ini yang seolah menarik kita untuk membuat kenangan baru, bersama keluargaku.
Bersama anak istriku kami menikmati kota ini. Menikmati sajian kopi klothok yang walaupun sederhana tetap menarik banyak orang untuk datang. Menikmati keriuhan jalan Malioboro. Menikmati excited nya Altaf hanya dengan melihat kereta api lewat dan palang kereta api di Stasiun Tugu. Menikmati melihat gunung merapi lebih dekat dari Kali Adem. Bahkan kami menikmati saat saat kami terjebak macet waktu turun dari Kaliurang dengan cerita cerita lucu semasa aku tinggal di Jogja.
Sesekali timbul rasa sedihku, mengingat salah satu sahabat baikku yang barusan meninggal dunia. Dengannya, banyak kenangan di Jogja ini. Dan aku harus berterima kasih padanya.

Wednesday, October 10, 2018

Yogyakarta

Yogya

Akhir September lalu kami liburan ke Yogya. Ternyata terakhir kita ke Yogya itu tahun 2009, pantas rasanya lama sekali tidak ke Jogja.
Alhamdulillah liburan kali ini berjalan sangat baik, nggak ada drama berlebihan seperti biasanya. Kecuali kurangnya stok foto foto yang bagus. Selain karena kamera yang ketinggalan di Kanada, juga karena Altaf dan Arum sama sama enggan difoto. Adik kakak ini sama, kalau difoto gayanya nggak pernah serius.
3 minggu sebelumnya kami sudah mensurvey tempat tempat mana saja yang lagi hits di Yogya untuk dikunjungi. Kali ini kami melewatkan tempat tempat seperti candi Prambanan dan Borobudur, karena kayaknya nggak cocok sama Arum dan Altaf.
Kali ini kami menyewa mobil lepas kunci, jadi aku nyetir sendiri kemana mana dengan bantuan Google Maps. Kupikir aku masih hapal jalan jalan Jogja, ternyata Jogja sudah jauh berubah. Untungnya Google Maps sangat bisa diandalkan.
Kali ini kami ke Abhayagiri Restaurant, restoran yang menjual tempat yang indah, terutama saat sunset dan malam dengan latar belakang candi Prambanan, sekitar 1/2 jam dari Jogja, tapi harga makanannya mahal banget.
Kami juga ke Tempo Gellato, tempat makan gellato yang sedang hits juga di Jogja.
Ke Kopi Klothok, 2 kali malah. Makanan dan kopi nya enak enak, tapi sekarang rame banget, terutama saat weekend dan jam makan siang. Tempatnya enak, bagus dan Instagramable. Kalau pas penuh, antrian makannya panjang banget.
Bhumi Merapi Agro Tourism, tempat edukasi untuk anak anak, di sini ada binatang binatang, cocok buat anak anak. Di sini bisa memberi makan kelinci, rusa dan kambing/domba. Ini di daerah Kaliurang juga, jadi satu paket kalau ke Kopi Klothok.
Kami juga ke Jejamuran, tempat makan spesial Jamur. Cukup enak, tidak terlalu mahal, sekitar 1/2 jam-an juga dari kota.
Ke Bakmi Jawa mbah Gito, 2 kali juga karena memang bakmi nya enak banget. Sama juga, karena lagi hits banget, tempat ini rame banget pada jam jam tertentu
SGPC bu Wiryo, nasi pecel favorit kami dari dulu. Sayangnya di sini ternyata tidak tersedia peyek, teman favorit kami untuk pecel.
Sempat juga tadinya mau ke Kali Adem untuk melihat merapi dari dekat, ternyata untuk ke Kali Adem kita harus naik Jeep yang disewakan di sana, jadi kami putuskan nggak jadi. Tapi kami sudah cukup dekat dengan merapi dan kebetulan cuaca cerah, jadi bisa melihat merapi dengan cukup jelas.
Kami juga sempat ke hutan Pinus Asri di daerah Mangunan, jalannya agak menanjak, tempatnya banyak spot foto dan cukup adem. Mungkin lebih baik kesana agak sore, biar lebih terasa ademnya.
Sayangnya aku cuma sempat ketemu dengan Lely dan Fityan sekali saja, itu pun cuma sebentar.
Alhamdulillah, kali ini Altaf bisa melihat kereta api yang wira wiri di Stasiun Tugu Jogja, lengkap sama palang kereta api yang juga jadi obsesinya. Sayangnya rencana untuk naik kereta api ke Solo batal karena waktunya sempit. Tapi Altaf sempat naik kereta waktu kuajak ke Bandara SoeTa waktu menjemput kakaknya yang pulang dari Kanada.
Ternyata keputusan untuk menyewa mobil di Jogja sangat tepat. Kita bebas menentukan jadwal kita, dan mau kemana aja. Kadang kami malah keluar malam malam, untuk mengisi waktu sekalian mencari makan malam. Sayangnya beberapa tempat tidak sempat kami datangi, bahkan kami nggak makan gudeg sama sekali, karena istriku kurang suka makan gudeg. Untung nggak kepuhunan.
Pulangnya kami berpisah dengan Arum di bandara, Arum langsung ke Jakarta, kita ke Balikpapan.