Tuesday, March 13, 2012

29 Februari 2012

29 Februari 2012
Waktu aku datang ke rumah bapakku, sudah hampir maghrib, kulihat bapakku sudah terbujur kaku di ruang tamu kami, wajahnya tertutup kain putih tipis. Setelah aku menaruh tas dan jaket, aku menghampiri jenazah beliau. Kupegang tangan dan badannya, masih hangat, dadanya bahkan masih terasa panas. Sempat aku berharap bahwa beliau belum pergi, cuman tidur aja, tapi memang beliau sudah tidak bergerak lagi. Akupun pasrah, dan cuma bisa membaca Yasin disamping jenasahnya.
Sesudah membaca yasin, aku mengecek kesiapan penguburannya. Ternyata masih ada beberapa hal yang belum beres. Jadi aku membantu mencari tukang mandi jenasah, kain kafan dan perlengkapannya.
Jam 8-an, bersamaan dengan Arum, istriku dan mertuaku, crewnya chief Amir dan Andri datang melayat, mereka bahkan cukup lama ada dirumahku, I really appreciate it.
Besok paginya, jam 6-an aku dan adikku sudah mulai bergerak. Aku menjemput ketua rukun kematian, adikku membeli papan dan memotongnya. Air untuk mandi jenazah pun sudah siap. Kami ingin agar bapak segera dimakamkan, karena beliau meninggal sebelum ashar hari sebelumnya.
Aku dan adikku Daus mengikuti semua prosesi pengurusan jenazah, dari mempersiapkan kain kafan, memandikan, membungkus dengan kain kafan dan menyolatkan. Sebelum disholatkan, seluruh anggota keluarga mencium dan memeluk jenazah untuk terakhir kalinya, cuma aku yang tidak menangis, hanya pasti mataku berkaca-kaca. Aku harus kuat agar aku bisa p
Hingga akhirnya jenazah siap dimasukan ke mobil jenazah, sebelumnya aku disuruh menyampaikan kata sambutan untuk semua tamu yang melayat. Di sini air mataku sempat pecah, tapi hanya sebentar, aku mengucapkan terima kasih kepada semua tamu yang datang dan minta maaf atas nama mendiang dan keluarga.
Beliau dikuburkan di daerah sempaja, disini untuk kedua kalinya aku masuk ke lubang kuburan untuk menguburkan orang yang penting bagiku, yang pertama kali waktu aku menguburkan mertuaku. Di dalam liang kubur, aku, Daus dan Edi, adik iparku menyelesaikan prosesi penguburan. Yang masih melekat di ingatanku adalah waktu wajah bapakku diposisikan agar menempel ke dinding tanah. Hidungnya yang mancung memudahkan kita menempelkan wajahnya ke dinding. Itulah kali terakhir aku melihat wajahnya.
Ya Allah, berilah tempat terbaik baginya disisimu. Amin.

No comments:

Post a Comment