Monday, September 12, 2011

Altaf

Seminggu sebelum lebaran istriku sudah berhenti berpuasa karena dokter tidak memperbolehkan istriku puasa karena sedang hamil muda. Waktu USG pertama dokter Tengku bilang kalau janinnya kecil, jadi harus diperbanyak makan dan minum susu.
Tapi waktu lebaran, dimana kehamilan yang harusnya sudah mencapai 8 minggu, istriku selalu mengeluhkan kok perutnya terasa kempes. Dia juga selalu khawatir apakah bayinya masih ada. Setelah lebaran, istriku menemukan bercak darah di celana dalamnya, tambah khawatir lah dia.
Seharusnya istriku kontrol ke dokter lagi tanggal 8 September, tapi karena ada bercak darah itu dan karena tanggal 7 aku harus kembali kerja, akhirnya kami pergi ke dokter tanggal 5 september.
Waktu di USG, dokter bilang kalau janinnya itu tidak berkembang, dan dokter Tengku menyarankan untuk di kuret. Katanya itu kasus dimana janin tidak berkembang, mungkin karena bibitnya kurang mantap, atau mungkin kurang pasokan nutrisi waktu istriku puasa ramadahan itu.
Besoknya kami ke rumah sakit pertamina untuk melakukan proses kuret dengan dokter tengku juga. Pagi-pagi kami sudah datang untuk mendaftar dan melalui prosedur pengujian darah dan detak jantung sebelum di kuret. Setelah menunggu dengan rasa was-was akhirnya jam 3 sore istriku mulai dikuret. Prosesnya tidak lama, mungkin sekitar 20 menit-an saja. Dan setelah biusnya hilang dan istriku bisa berjalan lagi, akhirnya kami pulang.
Sepulang dari rumah sakit istriku beberapa kali nangis, dia sangat merasa kehilangan anak yang sudah lama dinantikan. Aku cuma bisa menghiburnya, aku bilang, nggak papa, nanti kita coba terus lagi yah Mama.
Sesampainya di rumah malam harinya istriku masih sedih, dia merasa anak itu sudah hadir, bahkan terakhir kali kami memilih-milih nama, dia sudah menetapkan kalau anak itu akan dinamai Altaf.
Selamat jalan Altaf..

No comments:

Post a Comment