Sunday, October 3, 2010

Tablig Akbar

Hari ini aku menghadiri tabligh akbar di mesjid dekat rumahku. Sebuah mesjid setengah jadi di komplek perumahan elit yang dihuni oleh mayoritas non-muslim.
Acara pertama adalah sambutan dari ketua pembina mesjid. Sang ketua menceritakan latar belakang mesjid tersebut. Bahwa mesjid itu didirikan mulanya dari proses yang panjang, karena developer adalah non-muslim dan nampaknya sangat berat untuk memberikan tanah.
Acara kedua adalah penjelasan teknis yang ternyata berupa penggalangan dana untuk menyelesaikan mesjid itu oleh sang arsitek yang juga seorang ustad. Penggalangan dana dilakukan dengan paparan volume pekerjaan lantai, plafon dan cat, lalu para hadirin "ditantang" untuk memberikan komitmen, dalam satuan meter pekerjaan, sekecil apapun itu. Beberapa orang yang memang terkenal sangat kaya bahkan ditawarin untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan lantai. Hasilnya, 3 orang sekaligus bersedia menanggung pekerjaan lantai sebesar 450 juta. Sedangkan, pekerjaan plafon dan cat dibagi kepada jamaah dengan variasi jumlah komitmen. Menakjubkan, dalam 45 menit, berhasil didapatkan komitmen sebesar 725 juta rupiah. Tahun lalu bahkan didapatkan 1.2 milyar rupiah.
Arum tanya aku, "kenapa papa nggak nyumbang?" Aku menjawab, "kalau kita nyumbang, nggak perlu orang lain tahu".
Walaupun hasilnya sangat baik, tapi aku merasa, ada unsur riya di dalamnya. Harusnya, jika tangan kanan kita memberi, tangan kiri kita tidak perlu mengetahuinya. Wallahualam.
Tapi, bagiku, ini merupakan gambaran kekuatan islam yang terpendam. Aku yakin banyak muslimin di seluruh Indonesia yang kaya raya, yang mau menyumbangkan hartanya untuk kemaslahatan umat. Wallahualam.
Yang menarik, ustad itu sempat bertanya, "bapak-bapak, ibu-ibu yang tahun lalu menyumbang untuk mesjid ini, apakah harta bapak-bapak, ibu-ibu ada yang berkurang?" dan semua jemaah menjawab tidak.

No comments:

Post a Comment