Tuesday, September 22, 2009

Anak

Prihatin juga melihat, ada sahabat dan kerabat yang belum punya anak, lebih dari 5 tahun setelah menikah.
Ada sahabat yang memiliki hati yang halus dan penyayang, begitu pengen punya anak. Padahal aku tahu, dia telah berusaha kemana-mana. Mungkin sudah jutaan uang yang dia keluarkan, tapi rezeki dari Allah itu belum datang.
Tapi ada juga kerabat yang, secara verbal, pengen banget punya anak. Tapi, tidak sedikit pun kulihat naluri keibuannya. Malahan dia memandang anak adalah sumber kerepotan dan keberentakan rumah. Itulah sebabnya, walaupun rumahnya bagus, rapi dan indah, persis seperti di majalah-majalah, but something is missing.
Nggak ada mainan anak yang berantakan. Nggak ada buku yang bergeletakan. Nggak ada coretan di dinding. Yang baru kusadari, adalah tanda-tanda kehidupan dan dinamisme.
Harusnya aku syukuri apa yang telah aku miliki sekarang. Walaupun anakku cuma satu, tapi dia adalah anak yang cantik dan pintar. Sumber kebahagiaan dan kebanggaanku.
Tapi, tetap aku berdoa, ya Allah, berikanlah aku anak lagi. Ijinkan aku menerìma berkah titipanmu lagi. Demi kebahagian aku dan istriku, dan demi keseimbangan pertumbuhan anakku, Arum.

No comments:

Post a Comment